Sekolah Menyenangkan, Jangan Salah Arah!

 هَلَاكُ أُمَّتِيْ فِيْ شَيْئَيْنِ تَرْكِ العِلْمِ وَجَمْعِ المَالِ 

Artinya, “Kebinasaan umatku terletak pada dua hal, yaitu (1) meninggalkan ilmu, dan (2) menumpuk harta.”

لَا فَقْرَ أَشَدُّ مِنَ الجَهْلِ 
Artinya, “Tidak ada kefakiran yang lebih (parah) dari kebodohan,” (HR Abu Bakar bin Kamil pada Mu’jamnya, Ibnun Najjar, Ibnu Hibban, dan Al-Qudha’i).

Berbahagialah kepada warga sekolah yang lembaga pendidikannya telah meluncurkan program Gerakan Sekolah Menyenangkan. Mengapa demikian? Ya. Sekolah merupakan rekayasa yang terencana dalam mewujukan kecerdasan kehidupan bangsa. Maksudnya, bangsa ini hidup dan dirawat serta terawat ketika orang-orangnya cerdas. Kehidupan apa yang dirawat? Tidak lain adalah kehidupan yang berketuhanan, yang berperikemanusiaan, yang berpersatuan, yang berkerakyan, dan yang berkeadikan. Jika orang-orang cerdas yang tumbuh dan dilahirkan di sekolah itu tidak merawat hal tersebut, maka sebenarnya orang-orang yang dianggap lulusan orang-orang cerdas itu, sebenarnya goblok.  

Mereka harusnya berbahagia, karena sekolah telah hadir dalam sebuah rekayasa untuk membuat senang warganya dalam memperdalam ilmu, tetntunya ilmu yang bermanfaat untuk kehidupan bangsa. Dan hal ini menjadi penting, karena sekolah telah tampil melawan kemaksiatan yang telah dikenal menyenangkan. Berbahagialah, warga sekolah yang tiap harinya senang dalam memperdalam ilmu yang bermanfaat, dan jauh dari kemaksiatan. 

Namun saat ini kerap muncul fenomena sekolah yang menyenangkan hawa nafsu, bukan sekolah yang menyenangkan dalam memperdalam ilmu. Hal itu dapat dilihat adanya fenomena siswa memutar musik di kelas yang mengganggu pelajaran kelas lainnya, fenomena lebih suka main game online di waktu istirahat dari pada berkunjung di perpustakaan. Fenomena menyenangkan tersebut adalah hal yang merusak konsep gerakan sekolah yang menyenangkan. Bahwasannya, sekolah menyenangkan adalah sekolah yang warga sekolahnya senang memperdalam ilmu yang bermanfaat untuk kehidupan bangsa, bukan sekolah yang menyenangkan dengan mengumbar hawa nafsu. 

Penulis adalah Suhadi, guru Sosiologi SMA Negeri 1 Jakenan Pati, Jawa Tengah  

Komentar

Postingan Populer