Pembuatan Arang Batok Kelapa: Panduan Komprehensif dengan Pertimbangan Teknis, Keamanan, dan Lingkungan

Daun dan Biji
By -
0

Arang batok kelapa merupakan bahan bakar alternatif yang populer, digunakan baik untuk keperluan rumah tangga maupun industri. Keunggulan arang batok kelapa meliputi nilai kalor yang tinggi, asap yang lebih sedikit dibandingkan arang kayu, dan potensi untuk mengurangi limbah batok kelapa. Artikel ini menyajikan panduan komprehensif tentang pembuatan arang batok kelapa, meliputi persiapan, proses, pertimbangan teknis, keamanan, dampak lingkungan, serta standar kualitas produk.


1. Alat dan Bahan

Berikut adalah alat dan bahan yang diperlukan untuk pembuatan arang batok kelapa:


1.1 Bahan Utama

Batok Kelapa: Bahan utama yang mempengaruhi kualitas arang. Batok dengan kadar air rendah (di bawah 15%) lebih optimal untuk pirolisis.


1.2 Alat yang Dibutuhkan

Drum Besi atau Tanur Arang: Wadah pembakaran yang digunakan untuk pirolisis. Penggunaan tanur arang dapat meningkatkan efisiensi produksi (Jamilatun, 2014).


Termometer: Memantau suhu di dalam drum atau tanur.


Alat Pemadam Api: Ember berisi air, pasir, atau alat pemadam kebakaran ringan (APAR).


Sarung Tangan dan Masker: Perlindungan diri dari panas dan asap.


Kayu Bakar atau Bahan Bakar Alternatif: Untuk memulai pembakaran jika menggunakan metode tradisional.


Alat Pengukur Kadar Air (Opsional): Untuk memastikan kadar air arang sebelum dikemas.


2. Proses Pembuatan Arang Batok Kelapa

Proses pembuatan arang batok kelapa melibatkan pirolisis, yaitu dekomposisi termal bahan organik pada suhu tinggi tanpa oksigen. Berikut adalah langkah-langkahnya:


2.1 Persiapan Batok Kelapa

Bersihkan batok kelapa dari serabut dan kotoran.


Keringkan di bawah sinar matahari selama 2-3 hari hingga kadar air di bawah 15%. Pengeringan bertujuan untuk mengurangi kandungan air dalam tempurung kelapa (Arsyad et al., 2013).


2.2 Pengarangan (Pirolisis)

Metode Tradisional (Drum):


Masukkan batok ke dalam drum, sisakan sedikit ruang di bagian atas.


Nyalakan api kecil di bagian bawah drum.


Pantau suhu (400-450°C) menggunakan termometer.


Tutup drum dengan lubang ventilasi kecil.


Biarkan proses pirolisis berlangsung selama 6-8 jam.


Metode Modern (Tanur Arang):


Masukkan batok ke dalam tanur.


Atur suhu pada 400-450°C.


Biarkan proses berlangsung selama 4-6 jam dengan kontrol suhu yang lebih presisi. Proses pirolisis dilakukan selama 6 jam kemudian didinginkan dengan air untuk mendapatkan arang tempurung (Nustini & Allwar, 2018).


2.3 Pendinginan

Dinginkan arang secara alami selama 12-24 jam.


Hindari menyiram arang dengan air untuk menjaga kualitasnya.


2.4 Pengeringan

Jemur arang di bawah sinar matahari selama 1-2 hari hingga kadar air di bawah 8%.


2.5 Penyortiran dan Pengemasan

Sortir arang berkualitas baik dan kemas dalam wadah kedap udara.


3. Pertimbangan Teknis

Suhu Pirolisis: Optimal pada 400-450°C untuk menghasilkan arang berkualitas tinggi (Sulaiman et al., 2022).


Waktu Pirolisis: 4-8 jam tergantung metode dan ukuran wadah.


Kadar Air Batok: Optimal di bawah 15% sebelum pengarangan dan di bawah 8% setelahnya.


Desain Tanur Arang: Tanur dengan insulasi baik meningkatkan efisiensi energi dan mengurangi kehilangan panas.


4. Keamanan dan Kesehatan

Ventilasi: Pastikan area kerja memiliki sirkulasi udara yang baik.


Alat Pelindung Diri (APD): Gunakan sarung tangan, masker, dan pakaian pelindung.


Pencegahan Kebakaran: Siapkan alat pemadam api.


Penanganan Arang Panas: Gunakan alat yang tepat untuk menghindari luka bakar.


5. Dampak Lingkungan dan Mitigasi

Emisi Asap: Gunakan tanur dengan sistem pembakaran sekunder untuk mengurangi polusi udara.


Limbah Cair: Olah limbah sebelum dibuang untuk mencegah pencemaran air.


Pemanfaatan Limbah: Abu arang dapat digunakan sebagai pupuk atau campuran beton.


6. Standar Kualitas Arang Batok Kelapa

Parameter Standar

Kadar Air Maksimum 8%

Kadar Abu Maksimum 5%

Karbon Terikat Minimum 75%

Nilai Kalor Minimum 7000 kcal/kg


Salah satu masalah yang dihadapi oleh pengusaha arang tempurung kelapa adalah masih rendahnya mutu arang tempurung yang diproduksi petani kelapa yang disebabkan masih terdapat kotoran atau benda asing, serta kadar air tidak memenuhi persyaratan mutu arang (Arsyad et al., 2013).


7. Pemanfaatan Arang Batok Kelapa

Bahan Bakar Rumah Tangga: Memasak dan pemanas.


Bahan Bakar Industri: Pembakaran di industri kecil hingga besar.


Briket Arang: Diolah menjadi briket untuk nilai jual lebih tinggi (Muhammad, 2016).


Arang Aktif: Digunakan sebagai adsorben dalam industri pengolahan air dan gas (Tiryakia et al., 2014).


Media Tanam: Menjadi campuran media tanam untuk meningkatkan aerasi tanah.


8. Perizinan Usaha

Izin Lingkungan: Pastikan sesuai regulasi pengelolaan limbah.


Izin Usaha Mikro/Kecil: Dapat diajukan melalui instansi terkait.


Sertifikasi Produk: Standar SNI atau sertifikasi lain untuk pemasaran lebih luas.


9. Kesimpulan

Pembuatan arang batok kelapa adalah usaha potensial yang menggabungkan aspek ekonomi dan keberlanjutan lingkungan. Dengan memahami teknik produksi, keamanan, dan dampak lingkungan, kita dapat menghasilkan arang berkualitas tinggi dan berkontribusi pada pengelolaan limbah yang lebih baik.


10. Daftar Pustaka

Arsyad, M. N., Ahmad, A., & Nurhaedah, N. (2013). Pembuatan dan Analisis Mutu Briket Arang Tempurung Kelapa Ditinjau dari Kadar Kanji. Chemica: Jurnal Ilmiah Kimia dan Pendidikan Kimia, 14(1), 74-83.


Jamilatun, S. (2014). Pembuatan Arang Aktif dari Tempurung Kelapa dan Aplikasinya dalam Penjernihan Asap Cair. Jurnal Teknologi Industri: SPEKTRUM, 12(1), 12-15.


Muhammad, D. R. A. (2016). Pembuatan Briket Arang dari Tempurung Kelapa (Cocos Nucivera) dan Tepung Terigu. Jurnal Teknologi, 14(2), 142-149.


Nustini, T.Y.S & Allwar. (2018). Pemanfaatan Limbah Tempurung Kelapa Menjadi Arang dan Karbon Aktif di Desa Watuduwur, Kembaran, Banyumas. AJIE - ASEAN Journal of Innovation, Entrepreneurship, and Tourism, 1(1), 220-227.


Sulaiman, A., Daud, D., & Fitriani, F. (2022). Proses Pengolahan Arang Tempurung Kelapa Menggunakan Tungku Pembakaran Termodifikasi. Jurnal Teknik Pertanian Lampung, 11(2), 213-223.


Tiryakia, B., Yagmura, E., Banford, A., & Aktas, Z. (2014). Comparison of activated carbon produced from natural biomass and equivalent chemical compositions. Journal of Analytical and Applied Pyrolysis, 105, 276–283.


Citations:

https://journal.ipb.ac.id/index.php/jurnalmpi/article/view/36604/21954

https://ojs.unm.ac.id/chemica/article/download/795/130

https://journal.uii.ac.id/ajie/article/download/14022/9727/32917

https://jurnal.umj.ac.id/index.php/semnastek/article/view/436

https://media.neliti.com/media/publications/437548-none-110a51e5.pdf

https://media.neliti.com/media/publications/178878-ID-pembuatan-arang-rendemen-tinggi-dari-tem.pdf

https://www.ejurnal.itsi.ac.id/index.php/JAD/article/view/219

https://ejournalfakultasteknikunibos.id/index.php/saintis/article/download/130/44/595

    Posting Komentar

    0Komentar

    Posting Komentar (0)