Menyemai Benih Alpukat di Polybag: Menyiapkan Masa Depan Agrowisata Desa


Menyemai benih alpukat di polybag untuk persediaan penyulaman di lahan adalah langkah bijak dalam budidaya. Terlebih lagi, tanaman alpukat yang disambung pucuk langsung di lahan memiliki risiko kegagalan yang lebih tinggi. Oleh karena itu, menyiapkan bibit cadangan di polybag menjadi solusi cerdas untuk memastikan kesinambungan pertumbuhan pohon.

Langkah-Langkah Penyemaian Benih Alpukat

1. Memperoleh Biji Alpukat

Cara paling sederhana untuk mendapatkan biji alpukat adalah dengan mengunjungi pedagang jus alpukat. Sesekali, beli segelas jus dan mintalah bijinya. Jika malu, alternatifnya adalah membeli buah alpukat sendiri—menikmati daging buahnya sambil menyimpan bijinya. Namun, jika ingin cara yang lebih strategis, ajukan program agrowisata desa kepada Kepala Desa. Kepala Desa yang visioner tentu akan mendukung warganya yang memiliki gagasan kreatif demi kemajuan desa.

2. Membersihkan Kulit Ari Biji Alpukat

Kang Ipin dan Mas Mbet, dua pemuda Desa Dadapan, memahami bahwa proses pembersihan biji berpengaruh terhadap tingkat keberhasilan perkecambahan. Mereka memilih mengupas kulit ari biji alpukat pada malam hari untuk menghindari penguapan yang dapat menyebabkan biji cepat kering. Selain itu, kegiatan ini mereka lakukan sambil bercengkerama dengan warga, mempererat silaturahmi, dan memperkuat rasa kebersamaan. Kegiatan sederhana ini bukan sekadar pekerjaan teknis, tetapi juga bagian dari kehidupan sosial yang memperkokoh semangat gotong royong.



3. Merendam Biji Alpukat dengan Air Bawang dan Sari Daun Dadap

Biji adalah sumber kehidupan bagi tanaman. Dalam sistem budidaya alami, biji yang disemai langsung di lahan cenderung menghasilkan perakaran yang lebih kuat. Untuk mempercepat perkecambahan, Kang Ipin menggunakan air rendaman kulit bawang merah dan sari daun dadap. Air bawang merah mengandung zat pengatur tumbuh alami, sementara daun dadap memiliki mikroba yang membantu mempercepat perkecambahan.

Menurut Mbah Zuber Ustman, Kepala Desa Dadapan, mikroba tanah terbaik bisa ditemukan di kawasan Sendang Ayu, Dewi Rengganis, Sukun, dan Macan Ireng. Secara turun-temurun, masyarakat setempat juga menggunakan daun dadap sebagai obat herbal dan pembungkus makanan tradisional seperti gemblong dengkul. Ilmu ini diwariskan dari generasi ke generasi, mencerminkan hubungan erat antara masyarakat dengan alam sekitarnya.

4. Menyiapkan Media Tanam di Polybag


Khoirul Basar, atau Kang Irul, adalah pemuda yang memahami pentingnya media tanam berkualitas. Media tanam terbaik berasal dari bahan lokal: tanah subur, pupuk kandang, arang sekam, dan serasah dari bawah pohon besar. Menurutnya, serasah mengandung mikroorganisme baik yang dapat menyuburkan tanah secara alami. Inilah filosofi pertanian organik sejati—mengandalkan keseimbangan ekosistem tanpa campur tangan bahan kimia sintetis.

5. Menanam Biji Alpukat di Polybag

Di Desa Dadapan, gotong royong bukan sekadar slogan, tetapi praktik nyata. Saat warga bersama-sama menanam benih alpukat untuk proyek agrowisata Sendang Ayu, mereka melakukannya dengan semangat kebersamaan. Setiap tangan yang bekerja membawa harapan bagi desa mereka. Agrowisata bukan hanya tentang keindahan alam, tetapi juga tentang membangun kesadaran kolektif bahwa desa memiliki potensi besar untuk berkembang.

Kesimpulan

Penyemaian benih alpukat di polybag bukan sekadar persiapan untuk penyulaman, tetapi juga langkah awal dalam membangun ekosistem pertanian berkelanjutan. Dengan memanfaatkan sumber daya lokal, menjaga keseimbangan alam, dan menerapkan teknik alami seperti perendaman air bawang dan daun dadap, kita dapat menciptakan sistem pertanian yang lebih tangguh dan mandiri.

Semangat gotong royong yang masih terjaga di Desa Dadapan menjadi contoh bahwa pertanian organik bukan hanya soal hasil panen, tetapi juga tentang kebersamaan, kearifan lokal, dan keberlanjutan lingkungan.

Penulis: Suhadi
Fotografer: Kang Amar dan Khoirul Indras
Tangkapan Layar: Muh. Sholehatul Mustofa

Komentar

Postingan Populer