Perubahan Arsitektur Rumah Masyarakat Jawa
Sardjono, A. B., & Nugroho, S. (2015). Keragaman Perubahan pada Rumah Tradisional Jawa di Pedesaan. Modul, 15(2), 141-156.
https://doi.org/10.14710/mdl.15.2.2015.141-156
Keragaman rumah tradisional Jawa di pedesaan saat ini menunjukkan bagaimana suatu nilai-nilai yang sebelumnya disepakati secara bersama mengalami perubahan-perubahan. Penelitian ini bertujuan untuk melihat perubahan yang terjadi pada rumah-rumah tradisional Jawa di pedesaan di Jawa Tengah dan menggali faktor-faktor yang menyebabkan perubahan tersebut terjadi. Obyek fisik penelitian adalah arsitektur rumah tradisional di pedesaan sementara obyek non fisiknya adalah penghuni rumah tersebut. Kasus penelitian diambil secara purposif pada 5 rumah tradisional di Jawa Tengah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tata ruang bangunan lebih banyak berubah, diikuti material dan kemudian bentuk bangunan. Pola massa bangunan masih menunjukkan pembagian ruang tamu, ruang tidur, serta dapur. Perkembangan massa bangunan pada arah membujur, menyamping maupun kombinasi. Dalem sebagai bangunan utama justru yang paling banyak mengalami perubahan, terutama karena penambahan ruang tidur. Sementara elemen-elemen yang masih dipetahankan adalah bentuk atap, struktur serta gebyok ornamen pada Dalem. Faktor-faktor penyebab perubahan adalah karena perubahan penghuni, perubahan pola aktivitas, perubahan pengetahuan dan bahan bangunan serta perubahan anggapan terhadap rumah. Pada intinya perubahan-perubahan tersebut terjadi karena perubahan budaya penghuni rumah, sehingga mendorong perubahan pada perwadahannya.
Nurmayanti, Y., Wulandari, L. D., & Nugroho, A. M. (2017). Perubahan ruang berbasis tradisi rumah jawa panaragan di desa kaponan. Langkau Betang: Jurnal Arsitektur, 4(1), 31-43.
http://dx.doi.org/10.26418/lantang.v4i1.20393
Tatanan spasial (ruang) memperlihatkan hubungan antara arsitektur dan budaya masyarakat setempat. Manusia sebagai makhluk yang berpikir dinamis, memiliki peran besar untuk merubah lingkungan fisik maupun kebudayaan. Tatanan ruang tradisional merupakan warisan leluhur yang harmonis, senantiasa mengalami perubahan untuk beradaptasi dengan modernitas budaya global. Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengidentifikasi dan menganalisis unsur-unsur ruang yang berubah dan (2) menjelaskan faktor-faktor sosial-budaya yang mempengaruhinya, pada objek rumah tinggal tradisional di wilayah kebudayaan Jawa Panaragan. Objek penelitian berupa rumah-rumah berlanggam arsitektur Jawa, yang telah berdiri sejak sebelum era kemerdekaan RI, terletak di wilayah tertua dari permukiman Desa Kaponan. Metodologi penelitian menggunakan pendekatan kualitatif-rasionalistik dengan analisis deskriptif. Penggalian data melalui observasi langsung terhadap objek yang menjadi kasus penelitian dan wawancara silang dengan informan (narasumber dan keyperson) terkait. Variabel penelitian meliputi organisasi, fungsi, hirarki, orientasi serta teritori ruang sebagai panduan untuk mengamati perubahan ruang dalam 2 (dua) periode waktu. Objek/kasus penelitian dipilih secara sengaja berdasar kriteria meliputi rumah lurah, carik, pamong desa dan tokoh masyarakat yang menjabat pada masa lampau, dilengkapi dengan rumah petani serta buruh tani. Hasil penelitian menunjukkan bahwa unsur spasial (ruang) yang banyak berubah adalah organisasi dan teritori ruang sebagai konsekuensi dari penambahan jumlah, jenis dan fungsi ruang. Unsur spasial yang sedikit berubah adalah orientasi dan hirarki ruang karena kuatnya faktor kepercayaan leluhur. Faktor yang mempengaruhi terjadinya perubahan ruang terutama adalah struktur keluarga dan perubahan gaya hidup seiring meningkatnya pengetahuan dan pendidikan.
Irnawan, D., & Rahayu, S. Y. R. S. (2020). Perubahan Minat Masyarakat Jawa Terhadap Rumah Model Tradisional Joglo Limasan Menjadi Rumah Modern (Studi Kasus Desa Kemloko, Godong, Grobogan, Jawa Tengah). Jurnal Teknosains Kodepena, 1(1), 37-45.
http://www.jtk.kodepena.org/index.php/jtk/article/view/7/7
Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui faktor apa yang mengakibatkan minat masyarakat berubah tertarik dengan model rumah minimalis. Hal ini akan dikaitkan dengan beberapa faktor penentu dilihat dari faktor struktur pada bangunan lama dibandingkan dengan model bangunan yang banyak dibangun oleh Masyarakat Grobogan.Masyarakat Jawa identik dengan bangunan rumah joglo limasan yang mempunyai nilai tersendiri bagi masyarakat jawa dilihat dari beberapa aspek. Struktur rumah Joglo limasan bagi masyarakat jawa yang terdiri dari empat soko guru merupakan struktur utama penyangga bangunan tradisional ini. Seiring dengan perkembangan zaman, terjadi perubahan fungsi dari aspek konstruksi bangunan yang dahulunya dianggap sebagai struktur kuat. Telah terjadi pergeseran minat masyarakat untuk kembali membangun rumah dengan atap khasjoglo. Hal ini bisa dipengaruhidari biaya, bahan, budaya serta tingkat kesulitan dalam membangun. Penulis mengidentifikasi melalui studi kasus bangunan rumah Joglo limasan di sekitar Desa Kemloko yang termasuk kawasan pedesaan yang hampir 90% rumahnya beratap joglo limasan. Karena masyarakat di desa ini adalah perantaudengankeahliansebagaitukangbangunandantenagakerjadiluarnegeri,makabanyak masyarakattelahmemilikipengalamanrumahmoderndenganpolastrukturataprumahpelanayang sederhana dan lebih murah.Hasil dari identifikasi ini untuk mengetahui apa yang meyebabkan masyarakat lebih memilih rumah modern dibandingkan rumahjoglo
Sumardiyanto, B. (2019). Pengaruh renovasi terhadap makna rumah tradisional masyarakat Jawa, kasus studi: Kotagede Yogyakarta. ARTEKS: Jurnal Teknik Arsitektur, 3(2), 99-114.
https://www.journal.unwira.ac.id/index.php/ARTEKS/article/view/62/43
Makna rumah adat Jawa adalah sebagai ungkapan penghormatan untuk menciptakan hubungan yang harmonis dengan kesatuan numinus lingkungan gaib, lingkungan alam, dan masyarakat. Hal ini dilakukan demi tercapainya keselamatan dalam kehidupan masyarakat Jawa. Untuk mengakomodir tuntutan kebutuhan pembangunan khususnya dari aspek ekonomi, beberapa rumah mengalami renovasi berupa penambahan fungsi komersial pada fungsi hunian awalnya. Sebagai studi kasus, dipilih empat rumah yang telah direnovasi. Penelitian ini berusaha mengungkap pengaruh renovasi terhadap makna rumah. Penelitian diawali dengan mengidentifikasi zona-zona tiap rumah sebelum direnovasi. Kemudian diidentifikasi zona-zona tiap ruangan hasil renovasi. Langkah selanjutnya adalah mengidentifikasi kesesuaian zona ruang akibat renovasi zona awal. Berdasarkan kesesuaian atau ketidaksesuaian zona, pendekatan strukturalisme digunakan untuk menafsirkan pengaruh renovasi terhadap makna rumah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa renovasi rumah adat pada umumnya hanya berdampak pada perubahan struktur permukaan saja dan tidak berpengaruh pada struktur dalam sehingga tidak mengalami perubahan makna. Semakin luas rumah aslinya dan semakin banyak penghuni yang tinggal di dalamnya, maka semakin tinggi pula kemungkinan terjadinya perubahan makna.
Nurmayanti, Y., Wulandari, L. D., & Nugroho, A. M. (2017). Perubahan ruang berbasis tradisi rumah jawa panaragan di desa kaponan. Langkau Betang: Jurnal Arsitektur, 4(1), 31-43.
https://jurnal.untan.ac.id/index.php/lb/article/view/20393
Tatanan spasial (ruang) memperlihatkan hubungan antara arsitektur dan budaya masyarakat setempat. Manusia sebagai makhluk yang berpikir dinamis, memiliki peran besar untuk merubah lingkungan fisik maupun kebudayaan. Tatanan ruang tradisional merupakan warisan leluhur yang harmonis, senantiasa mengalami perubahan untuk beradaptasi dengan modernitas budaya global. Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengidentifikasi dan menganalisis unsur-unsur ruang yang berubah dan (2) menjelaskan faktor-faktor sosial-budaya yang mempengaruhinya, pada objek rumah tinggal tradisional di wilayah kebudayaan Jawa Panaragan. Objek penelitian berupa rumah-rumah berlanggam arsitektur Jawa, yang telah berdiri sejak sebelum era kemerdekaan RI, terletak di wilayah tertua dari permukiman Desa Kaponan. Metodologi penelitian menggunakan pendekatan kualitatif-rasionalistik dengan analisis deskriptif. Penggalian data melalui observasi langsung terhadap objek yang menjadi kasus penelitian dan wawancara silang dengan informan (narasumber dan keyperson) terkait. Variabel penelitian meliputi organisasi, fungsi, hirarki, orientasi serta teritori ruang sebagai panduan untuk mengamati perubahan ruang dalam 2 (dua) periode waktu. Objek/kasus penelitian dipilih secara sengaja berdasar kriteria meliputi rumah lurah, carik, pamong desa dan tokoh masyarakat yang menjabat pada masa lampau, dilengkapi dengan rumah petani serta buruh tani. Hasil penelitian menunjukkan bahwa unsur spasial (ruang) yang banyak berubah adalah organisasi dan teritori ruang sebagai konsekuensi dari penambahan jumlah, jenis dan fungsi ruang. Unsur spasial yang sedikit berubah adalah orientasi dan hirarki ruang karena kuatnya faktor kepercayaan leluhur. Faktor yang mempengaruhi terjadinya perubahan ruang terutama adalah struktur keluarga dan perubahan gaya hidup seiring meningkatnya pengetahuan dan pendidikan.
Hermawan, B., & Prihatmaji, Y. P. (2019, February). Perkembangan Bentukan Atap Rumah Tradisional Jawa. In Senada (Seminar Nasional Manajemen, Desain Dan Aplikasi Bisnis Teknologi) (Vol. 2, pp. 387-393).
https://eprosiding.idbbali.ac.id/index.php/senada/article/view/103
Dalam perkembanganya arsitektur selalu mendapat pengaruh dari budaya, dan langgam yang berkembang pada masa-masa tertentu, budaya Jawa terletak pada posisi yang paradoks dikarenakan budaya jawa mencangkup budaya dari istana yang sentris sekaligus juga mencangkup budaya dari rakyat jelata. Bangunan Tradisional Jawa memiliki variasi bentukan atap yang banyak dibandingkan dengan atap arsitektur Nusantara lainya yang ada di Indonesia. Dengan adanya keberagaman bentuk atap inilah yang memperkaya keberagaman dan kekhasanahan dari ilmu arsitektur di Indonesia. Oleh karena itu perlu dilakukan kajian untuk mengetahui bagaimana perkembangan dari atap tradisional bangunan Jawa. Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui perkembangan dari bentukan atap rumah Tradisional Jawa berdasarkan proses terbentuknya suatu kebudayaan. Strategi yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan membuat studi model bentuk perkembangan atap tradisional Jawa berdasarkan studi literartur yang didapatkan. Metode yang digunakan adalah studi literatur dengan cara menggumpulkan data-data yang berhubungan dengan perkembangan bentuk atap tradisional Jawa. Hasil dari kajian penelitian diketahui perkembangan bentuk atap rumah tradisional Jawa mencangkup banyak hal dan dapat dilihat dari beberapa sudut pandang.
Kartono, J. L. (2005). Konsep ruang tradisional jawa dalam konteks budaya. Dimensi Interior, 3(2).
https://dimensiinterior.petra.ac.id/index.php/int/article/view/16388
Tulisan ini mencoba mengulas misteri rumah tinggal orang Jawa%2C dengan penekanan pada konsep ruang yang terjadi melalui pengetahuan budaya yang dimiliki oleh orang Jawa. Pengetahuan budaya yang terdiri dari kepercayaan dan ritual terlihat mempunyai kaitan yang erat dengan konsep ruang yang terjadi mulai dari orientasi ruang maupun konfigurasi ruang. Banyak hal yang terjelaskan dan membuktikan bahwa ruang pada arsitektur rumah Jawa tidak bebas nilai. javanese traditional space%2C space and culturegy.
Adi Susilo, G. (2015). Transformasi bentuk arsitektur Jawa. Spectra, 13(25), 13-26.
https://eprints.itn.ac.id/3220/
Banyak penggunaan unsur-unsur tradisi sebagai sarana untuk menyampaiakan misi kedaerahan. Dalam dunia arsitektur khususnya, arsitek harus faham benar apa yang harus akan dilakukan bila dituntut menyampaikan misi kedaerahan, ketajaman analisa dalam proses pendekatan masalah sangat dituntut bagi seorang arsitek. Mengingat sebenarnya sebuah arsitektur tradisipun tumbuhnya juga melalui sebuah proses tumbuh kembang. Transformasi bentuk adalah salah satu saluran untuk mewujudkan karya arsitektur yang kreatif, karena tuntutan tradisi yang harus dihadirkan maka arsitek harus mampu untuk mentransformasikannya kedalam bentukan arsitektur. Akan tetapi ternyata dalam meletakkan dimana posisi tradisi dalam proses transformasi bentuk harus mengalami proses dengan ketelitian yang khusus. Bentukkan arsitektur Jawa menurut Sasrawiryatman terdiri dari type tajug, joglo, limasan dan kampung, dalam perkembangannya transformasi terjadi didalamnya. Dengan menunjuk contoh obyek dilapangan di sekitar Ponorogo, hal ini akan nampak perkembangan transformasinya. Sehingga memunculkan sebuah diskusi untuk memunculkan kreatifitas dalam berarsitektur, selain itu pembahasan ini dapat digunakan untuk penyusunan dan pelengkapan naskah Arsitektur Nusantara.
Setiadi, A., & Depari, C. D. A. (2017). PERUBAHAN TATA RUANG DAN ARSITEKTUR KAMPUNG KAUMAN YOGYAKARTA.
https://e-journal.uajy.ac.id/22441/1/Perubahan%20Tata%20Ruang.pdf
Kauman becomes a symbol of not only the Javanese philosophy but also the Islamic ideology, to which
the local society orient their faith. The research emphasizes the importance of conserving Kauman village
as a constituent element that defines the identity of Yogyakarta City. The development of residential
spatial of Kauman village revealed through synchronic approach as the observation was conducted
in the certain period of time. The discussion conducted on residential spatial change as adaptation
form of Batik skipper’s and Ketib’s residence in Kauman village of Yogyakarta can be concluded as
follows: Identity of the residents as part of a modern community is gradually more dominant than the
desire to reveal their identity as part of a traditional Javanese community. Nevertheless there are still
Batik skipper’s residences retaining Javanese architecture and Indische architecture characteristics
as symbol of social status of the Batik Skipper and Ketib; The space for religious activities is no longer
available in Batik skipper’s residence. On the contrary, it is available in Ketib’s residence where the
residents still retain the function of langgar which is located in the highest privacy zone.
Komentar
Posting Komentar