CAPAIAN PEMBELAJARAN SEMUA MAPEL

CAPAIAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA
 
Pancasila dalam kedudukannya sebagai dasar negara, pandangan hidup, dan ideologi negara harus diinternalisasikan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara melalui pendidikan untuk membentuk warga negara yang mencintai bangsa dan negara Indonesia. Pendidikan menumbuhkembangkan kompetensi pengetahuan, sikap, dan keterampilan peserta didik dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Kompetensi tersebut membutuhkan pembelajaran dan praktik baik yang menghubungkan antara peserta didik dan lingkungan sekitar.

Pancasila dalam kedudukannya sebagai dasar negara, pandangan hidup, dan ideologi negara harus diinternalisasikan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara melalui pendidikan untuk membentuk warga negara yang mencintai bangsa dan negara Indonesia. Pendidikan Pancasila adalah mata pelajaran yang berisi muatan pendidikan Pancasila dan pendidikan kewarganegaraan yang bertujuan membentuk peserta didik menjadi warga negara yang cerdas, amanah, jujur, dan bertanggung jawab. Pendidikan Pancasila merupakan salah satu mata pelajaran yang mewujudkan profil pelajar Pancasila, diaplikasikan melalui praktik belajar kewarganegaraan berdasarkan Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, semangat Bhinneka Tunggal Ika, dan komitmen Negara Kesatuan Republik Indonesia.

CAPAIAN PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA
 
Mata pelajaran Bahasa Indonesia adalah disiplin ilmu yang mengembangkan kemampuan peserta didik dalam berkomunikasi secara kritis, kreatif, dan komunikatif baik lisan maupun tertulis dalam berbagai konteks kehidupan. Mata pelajaran ini juga diharapkan membantu peserta didik mengaplikasikan keterampilan berbahasa dalam berbagai tujuan dan konteks kehidupan.

Kemampuan berbahasa, bersastra, dan berpikir merupakan fondasi dari kemampuan literasi. Semua bidang kajian, bidang kehidupan, dan tujuan-tujuan sosial menggunakan kemampuan literasi. Literasi menjadi kemampuan dan praktik sosial yang digunakan untuk bekerja dan belajar sepanjang hayat. Dengan demikian, pembelajaran bahasa Indonesia merupakan pembelajaran yang menguatkan kemampuan literasi untuk berbagai tujuan berkomunikasi dalam konteks sosial budaya Indonesia.

Pendekatan utama yang digunakan dalam pembelajaran bahasa Indonesia adalah pedagogi genre. Pendekatan ini memiliki empat tahapan, yaitu penjelasan (explaining, building the context),
pemodelan (modelling), pembimbingan (joint construction), dan pemandirian (independent construction). Di samping pedagogi genre, pembelajaran bahasa Indonesia dapat dikembangkan
dengan pendekatan lain sesuai dengan pencapaian pembelajaran tertentu. Rasional sebagaimana diuraikan di atas diilustrasikan pada gambar berikut ini. 


Pembinaan dan pengembangan kemampuan berbahasa Indonesia bermaksud membentuk peserta didik yang memiliki karakter sesuai profil pelajar Pancasila yaitu beriman, bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, dan berakhlak mulia; bernalar kritis; mandiri; kreatif; bergotong royong; dan berkebinekaan
global.

CAPAIAN PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA TINGKAT LANJUT

Mata pelajaran Bahasa Indonesia adalah disiplin ilmu yang mengembangkan kemampuan peserta didik dalam berkomunikasi secara kritis, kreatif, dan komunikatif baik lisan maupun tertulis dalam berbagai konteks kehidupan. Bahasa Indonesia Tingkat Lanjut adalah salah satu mata pelajaran dalam kelompok mata pelajaran pilihan di Kelas XI dan XII (SMA/MA/Program Paket C) bagi peserta didik yang berminat untuk mempelajari bahasa Indonesia secara lebih komprehensif dan terfokus. Mata pelajaran pilihan ini diharapkan membantu peserta didik agar berhasil mencapai kemampuan akademik yang ditargetkan dan mengaplikasikan keterampilan berbahasa dalam berbagai tujuan dan konteks kehidupan.

CAPAIAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA

Matematika merupakan ilmu atau pengetahuan tentang belajar atau berpikir logis yang sangat dibutuhkan manusia untuk hidup yang mendasari perkembangan teknologi modern. Matematika
mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu dan memajukan daya pikir manusia. Matematika dipandang sebagai materi pembelajaran yang harus dipahami sekaligus sebagai alat
konseptual untuk mengonstruksi dan merekonstruksi materi, mengasah, dan melatih kecakapan berpikir yang dibutuhkan untuk memecahkan masalah dalam kehidupan. Belajar matematika dapat meningkatkan kemampuan peserta didik dalam berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, penuh dengan ketidakpastian, dan bersifat kompetitif.

Mata pelajaran Matematika membekali peserta didik tentang cara bernalar melalui aktivitas mental tertentu yang membentuk alur berpikir berkesinambungan dan berujung pada pembentukan alur pemahaman terhadap materi pembelajaran matematika berupa fakta, konsep, prinsip, operasi, relasi, masalah, dan solusi matematis tertentu yang bersifat formal-universal. Proses mental tersebut dapat memperkuat disposisi peserta didik untuk merasakan makna dan manfaat matematika dan belajar
matematika serta nilai-nilai moral dalam belajar mata pelajaran Matematika, meliputi kebebasan, kemahiran, penaksiran, keakuratan, kesistematisan, kerasionalan, kesabaran, kemandirian, kedisiplinan, ketekunan, ketangguhan, kepercayaan diri, keterbukaan pikiran, dan kreativitas. Dengan demikian, relevansinya dengan profil pelajar Pancasila, mata pelajaran Matematika di antaranya untuk mengembangkan kemandirian, kemampuan bernalar kritis, dan kreativitas peserta didik. Adapun materi pembelajaran pada mata pelajaran  Matematika di setiap jenjang pendidikan dikemas melalui elemen
atau bidang kajian Bilangan, Aljabar, Pengukuran, Geometri, serta Analisis Data dan Peluang.

CAPAIAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA TINGKAT LANJUT

Mata pelajaran Matematika Tingkat Lanjut merupakan mata pelajaran pilihan dalam struktur kurikulum di fase F. Mata pelajaran ini membekali peserta didik tentang cara bernalar melalui aktivitas mental  tertentu yang membentuk alur berpikir berkesinambungan dan berujung pada pembentukan alur pemahaman terhadap materi pembelajaran matematika berupa fakta, konsep, prinsip, operasi, relasi, masalah, dan solusi matematis tertentu yang bersifat formal-universal, serta memperkuat abstraksi yang lebih tinggi dan aplikasi yang lebih luas dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam berbagai bidang ilmu dan teknologi. 

CAPAIAN PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS

Bahasa Inggris adalah salah satu bahasa yang digunakan secara global dalam beberapa aspek pendidikan, bisnis, perdagangan, ilmu pengetahuan, hukum, pariwisata, hubungan internasional,
kesehatan, dan teknologi. Kemampuan berbahasa Inggris diharapkan mampu memberikan peserta didik kesempatan untuk berkomunikasi dengan warga dunia dari latar belakang budaya yang berbeda. Dengan menguasai bahasa Inggris, maka peserta didik akan memiliki kesempatan yang lebih besar untuk
berinteraksi dengan menggunakan berbagai jenis teks. Dari interaksi tersebut, mereka memperoleh pengetahuan, mempelajari berbagai keterampilan, dan perilaku manusia yang dibutuhkan untuk dapat hidup dalam budaya dunia yang beraneka ragam.

Pembelajaran bahasa Inggris pada jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah (SD/MI/Program Paket A; SMP/MTs/Program Paket B; dan SMA/MA/SMK/MAK/Program Paket C) dalam kurikulum memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk membuka wawasan yang berkaitan dengan diri sendiri, hubungan sosial, kebudayaan, dan kesempatan kerja yang tersedia secara global. Mempelajari bahasa Inggris memberikan peserta didik kemampuan untuk mendapatkan akses ke dunia luar dan memahami cara berpikir yang berbeda. Pemahaman mereka terhadap pengetahuan sosial budaya dan interkultural ini dapat meningkatkan kemampuan bernalar kritis. Dengan memahami
budaya lain dan interaksinya dengan budaya Indonesia, mereka mengembangkan pemahaman yang mendalam tentang budaya Indonesia, memperkuat identitas dirinya, dan dapat menghargai
perbedaan. 

Pembelajaran bahasa Inggris difokuskan pada penguatan kemampuan menggunakan bahasa Inggris dalam enam keterampilan berbahasa, yakni menyimak, berbicara, membaca, memirsa, menulis, dan mempresentasikan secara terintegrasi, dalam berbagai jenis teks. Capaian Pembelajaran keenam
keterampilan bahasa Inggris ini mengacu pada Common European Framework of Reference for Languages: Learning, Teaching, Assessment (CEFR) dan setara level B1. Level B1 (CEFR)
mencerminkan spesifikasi yang dapat dilihat dari kemampuan peserta didik untuk:
1. mempertahankan interaksi dan menyampaikan sesuatu yang diinginkan, dalam berbagai konteks dengan artikulasi jelas;
2. mengungkapkan pokok pikiran utama yang ingin disampaikan secara komprehensif; dan
3. mempertahankan komunikasi walaupun terkadang masih terdapat jeda.

Pembelajaran bahasa Inggris pada jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah (SD/MI/Program Paket A; SMP/MTs/Program Paket B; dan SMA/MA/SMK/MAK/Program Paket C) diharapkan dapat
membantu peserta didik berhasil mencapai kemampuan berkomunikasi dalam bahasa Inggris sebagai bagian dari keterampilan hidup (life skills). Pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran bahasa Inggris adalah pendekatan berbasis teks (genre-based approach), yakni pembelajaran difokuskan
pada teks dalam berbagai moda, baik lisan, tulisan, visual, audio, maupun multimodal, sebagai berikut.

1. Building Knowledge of the Field (BKoF): Guru membangun pengetahuan atau latar belakang pengetahuan peserta didik terhadap topik yang akan ditulis atau dibicarakan. Pada tahapan ini, guru juga membangun konteks budaya dari teks yang diajarkan.
2. Modelling of the Text (MoT): Guru memberikan model/contoh teks sebagai acuan bagi peserta didik dalam menghasilkan karya, baik secara lisan maupun tulisan.
3. Joint Construction of the Text (JCoT): Guru membimbing peserta didik dan bersama-sama memproduksi teks. 
4. Independent Construction of the Text (ICoT): Peserta didik memproduksi teks lisan dan tulisan secara mandiri. 

Komunikasi akan terjadi pada tingkat teks, bukan hanya sekedar kalimat. Artinya, makna tidak hanya disampaikan oleh kata-kata, melainkan harus didukung oleh konteks. Oleh karena itu, dalam mempelajari dan memproduksi berbagai jenis teks, peserta didik perlu memperhatikan fungsi sosial, struktur organisasi, dan unsur kebahasaan yang tepat sesuai dengan tujuan dan target pembaca/pemirsa. Dalam pelaksanaannya, selain pendekatan berbasis teks, pembelajaran bahasa Inggris juga dapat
menggunakan pendekatan komunikatif, dan/atau berbagai pendekatan pembelajaran bahasa lainnya yang relevan. 

Pembelajaran bahasa Inggris di dalam kurikulum diharapkan membantu peserta didik untuk menyiapkan diri menjadi pembelajar sepanjang hayat, yang memiliki profil pelajar Pancasila yaitu beriman, bertakwa kepada Tuhan YME dan berakhlak mulia, mandiri, bernalar kritis, kreatif, bergotong
royong, dan berkebinekaan global. Profil ini dapat dikembangkan dalam pembelajaran bahasa Inggris karena sifat pembelajarannya yang dinamis dan fleksibel, yaitu memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk terlibat dalam pemilihan teks atau jenis aktivitas belajarnya. Pembelajaran bahasa Inggris mendukung pencapaian profil pelajar Pancasila melalui materi teks tertulis, visual, teks lisan, maupun aktivitas-aktivitas yang dikembangkan dalam proses belajar mengajar.

CAPAIAN PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS TINGKAT LANJUT

Bahasa Inggris Tingkat Lanjut adalah program tambahan yang dapat dipilih oleh peserta didik Kelas XI dan XII (SMA/MA/Program Paket C) yang sangat berminat untuk mempelajari bahasa Inggris dengan lebih komprehensif dan terfokus. Program ini diharapkan dapat membantu peserta didik agar berhasil mencapai kemampuan akademik yang ditargetkan serta keterampilan hidup (life skills) yang diperlukan untuk dapat hidup dalam tatanan dunia dan teknologi yang berubah dengan cepat. Selain life skills, di dalam pembelajaran bahasa Inggris tingkat lanjut juga menekankan pada penguasaan keterampilan abad 21 (kritis, kreatif, komunikatif, dan kolaboratif), pengembangan karakter, dan peningkatan kemampuan berliterasi sesuai kebutuhan.

CAPAIAN PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM DAN SOSIAL

Seiring dengan perkembangan zaman, tantangan yang dihadapi manusia semakin kompleks. Ilmu pengetahuan dan teknologi terus dikembangkan untuk menyelesaikan setiap tantangan tersebut. Oleh karena itu, pola pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial (IPAS) perlu disesuaikan agar generasi muda dapat menghadapi dan menyelesaikan tantangan masa depan dengan baik. Mengingat peserta didik yang masih melihat segala sesuatu dengan cara sederhana, utuh, dan terpadu, maka pembelajaran IPA dan IPS di SD disampaikan dalam satu mata pelajaran yaitu IPAS.

IPAS adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari makhluk hidup  dan benda mati di alam semesta beserta interaksinya. IPAS juga mempelajari kehidupan manusia sebagai individu dan sebagai bagian dari masyarakat yang berinteraksi dengan lingkungannya. Secara umum, ilmu pengetahuan merujuk pada pengetahuan yang dikumpulkan serta disusun secara logis dan sistematis
dengan mempertimbangkan hubungan sebab-akibat. Ilmu pengetahuan mencakup pengetahuan alam dan pengetahuan sosial.

IPAS berperan dalam mewujudkan profil pelajar Pancasila sebagai gambaran ideal profil peserta didik Indonesia. IPAS membantu peserta didik mengembangkan keingintahuan mereka terhadap fenomena sekitar. Hal ini mendorong pemahaman mereka tentang cara alam semesta beroperasi dan berinteraksi
dengan kehidupan manusia di bumi. Pemahaman ini penting untuk mengidentifikasi permasalahan dan menemukan solusi menuju pembangunan berkelanjutan, salah satunya terkait perubahan iklim (penyebab, dampak, dan upaya pencegahannya). Melalui pemahaman yang baik, peserta didik
diharapkan lebih sadar akan pentingnya bekerja sama dalam menjaga harmoni bermasyarakat dan bertindak secara bertanggung jawab untuk menjaga keberlanjutan bumi.

Pembelajaran IPAS melatih sikap ilmiah peserta didik, termasuk keingintahuan yang tinggi, kemampuan berpikir kritis dan analitis, serta kemampuan menyelesaikan permasalahan sehari
yang dihadapinya. Fokus utama yang ingin dicapai dari pembelajaran IPAS di jenjang SD bukanlah pada jumlah konten materi yang dapat diserap oleh peserta didik, tetapi pada kompetensi memanfaatkan
pengetahuan yang dimiliki. Pembelajaran IPAS perlu memberikan peserta didik kesempatan untuk melakukan eksplorasi dan investigasi serta mengembangkan pemahaman terkait lingkungan di sekitarnya. Oleh karena itu, mempelajari fenomena alam serta interaksi manusia dengan alam dan antar manusia sangat penting dilakukan pada tahapan ini.

CAPAIAN PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah aktivitas intelektual yang memberi pengalaman belajar untuk memahami cara kerja alam semesta dan kontribusi IPA terhadap keberlangsungan kehidupan melalui pendekatan-pendekatan empiris yang dapat dipertanggungjawabkan. Pemahaman IPA ini dapat mendorong peserta didik untuk mengeksplorasi hal-hal yang belum diketahui, menginvestigasi fenomena-fenomena, membuat prediksi, dan memecahkan berbagai permasalahan sains yang pada akhirnya terkait dengan sosial, ekonomi, dan kemanusiaan. Pemahaman peserta didik terhadap IPA menjadi dasar dalam melakukan aksi nyata untuk berkontribusi positif pada pengembangan diri dan lingkungannya. 

Pada Kurikulum Merdeka, IPA menjadi mata pelajaran tersendiri pada Fase D dan Fase E. Hal tersebut bertujuan memberikan kesempatan yang lebih luas pada peserta didik untuk mempelajari topik-topik dalam bidang keilmuan fisika, kimia, biologi, serta bumi dan antariksa. Pembelajaran IPA melatih sikap ilmiah, antara lain keingintahuan yang tinggi, berpikir kritis, analitis, terbuka, jujur, bertanggung jawab, objektif, tidak mudah putus asa, tekun, solutif, sistematis, dan mampu mengambil kesimpulan yang tepat.

Ilmu Pengetahuan Alam berperan sangat besar dalam kehidupan peserta didik sehingga mereka dapat menjaga keselamatan diri, orang lain, dan alam; mencari potensi-potensi yang terpendam dari alam, baik yang terbarukan maupun yang tidak terbarukan; serta membantu manusia mengambil keputusan dalam menyelesaikan masalah.

Mata pelajaran IPA merupakan sarana yang strategis dalam mengembangkan profil pelajar Pancasila. Peserta didik membangun iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia melalui pemahamannya terhadap alam semesta ciptaan Tuhan. Selanjutnya pendekatan saintifik dapat meningkatkan kemampuan bernalar kritis dan kreatif dalam memproses dan mengelola informasi baik kualitatif maupun kuantitatif secara objektif, membangun keterkaitan antara berbagai informasi, melakukan analisis, melakukan evaluasi, menarik kesimpulan, dan menerapkan hal yang dipelajari dalam situasi baru. Mata pelajaran IPA juga memfasilitasi peserta didik untuk mandiri dan mampu berkolaborasi, serta dapat menggali potensi yang dimiliki Indonesia dan mengidentifikasi masalah
yang ada di sekitarnya dalam perspektif global.

CAPAIAN PEMBELAJARAN FISIKA

Fisika merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan alam yang mengkaji sifat-sifat materi dalam ruang dan waktu beserta konsep-konsep gaya dan energi terkait. Fisika mengkaji fenomena alam mulai dari skala atomik hingga jagat raya dengan menggunakan nalar ilmiah secara objektif dan kuantitatif yang terwujud dalam proses pengamatan, pengukuran, perancangan model hubungan antarvariabel yang terlibat yang mencerminkan keteraturan alam, serta penarikan kesimpulan yang terwujud dalam suatu teori yang valid dan dapat diaplikasikan. Fisika mendasari perkembangan khasanah bidang ilmu pengetahuan alam lainnya serta perkembangan teknologi modern yang memudahkan kehidupan manusia diawali dari perkembangan mekanik dan permesinan, otomotif, komputer dan otomasi, serta teknologi informasi dan komunikasi.

Mata pelajaran Fisika diajarkan sebagai mata pelajaran tersendiri. Pemahaman fisika yang tepat berguna untuk memecahkan masalah di dalam kehidupan sehari-hari dan menjadi jembatan keberhasilan peserta didik dalam menempuh studi lanjut di perguruan tinggi baik pada ilmu-ilmu dasar/ sains maupun ilmu-ilmu keteknikan/ rekayasa dan teknologi. Pada proses pembelajaran fisika, peserta didik dilatih untuk melakukan penelitian sederhana mengenai fenomena alam. Peserta didik belajar mengamati, mempertanyakan dan memprediksi, merencanakan dan melakukan penyelidikan, memproses serta menganalisis data dan informasi, mengevaluasi dan refleksi, serta mengomunikasikan hasil. Peserta didik dilatih untuk memiliki penalaran ilmiah, kemampuan berpikir kritis dan keterampilan memecahkan masalah. Peserta didik dilatih untuk dapat hidup selaras berdasarkan hukum alam serta mengelola sumber daya alam dan lingkungan dengan bijak, hingga mendukung upaya mitigasi dan pengurangan dampak bencana alam secara optimal. 

Sebagai ilmu yang mempelajari fenomena alam, fisika mengajarkan kesadaran diri manusia sebagai bagian dari alam yang menjadi jalan agar peserta didik dapat beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia; berinteraksi dengan mengedepankan kebhinekaan global dan gotong royong; serta memiliki standar perilaku yang mandiri, bernalar kritis, dan kreatif yang sesuai dengan profil pelajar Pancasila.

CAPAIAN PEMBELAJARAN KIMIA

Kimia adalah kajian teoritis dan praktis mengenai interaksi, struktur dan sifat berbagai macam bahan, serta perubahannya dan energi yang menyertai perubahan tersebut. Penyelidikan dan pengertian pada tingkat atom yang mikroskopis dapat dipelajari dengan lebih mudah melalui simbol dan visualisasi untuk memahami berbagai fenomena dunia nyata yang bersifat makroskopis. Pemahaman tentang struktur dan proses kimia digunakan untuk beradaptasi dan berinovasi guna memenuhi kebutuhan ekonomi, lingkungan, sosial, dan perkembangan IPTEK di dunia yang terus berkembang. Hal ini termasuk mengatasi tantangan perubahan iklim global dan keterbatasan energi dengan merancang proses untuk memaksimalkan penggunaan sumber daya bumi yang terbatas secara efisien.

Kimia merupakan pembelajaran yang bersifat praktis. Peserta didik dilatih untuk melakukan penelitian kualitatif dan kuantitatif sederhana baik secara individu maupun kolaboratif mengenai berbagai fenomena kehidupan dunia nyata. Peserta didik belajar membangun pengetahuan melalui kegiatan
menemukan permasalahan, membuat hipotesis, merancang percobaan sederhana, melakukan percobaan atau penyelidikan, mencatat data hasil percobaan/penyelidikan, menganalisis data dan menafsirkan data, menarik kesimpulan dan mengomunikasikan hasil percobaan/penyelidikan baik secara tertulis maupun lisan. Secara tidak langsung, peserta didik dapat mengembangkan profil pelajar Pancasila melalui pembelajaran kimia.

Pada jenjang SMA/MA, kimia diajarkan sebagai mata pelajaran tersendiri dengan beberapa pertimbangan. Pertama, pelajaran kimia dapat membangun kemampuan berpikir kritis, kreatif,
kolaboratif, dan komunikatif, serta terbuka terhadap pendapat yang diperlukan untuk memahami dan memecahkan masalah pada dunia nyata. Kedua, pemahaman kimia membekali peserta didik dengan pengetahuan sesuai dengan minat dan karir masa depan dalam berbagai area seperti kedokteran, lingkungan hidup, teknologi terapan, farmasi, olahraga, serta sains kimia.

CAPAIAN PEMBELAJARAN BIOLOGI

Kata biologi pertama kali digunakan oleh naturalis Jerman Gottfried Reinhold pada tahun 1802. Namun, pemahaman tentang organisme baru mulai berkembang pesat dengan adanya teknik dan teknologi yang dikembangkan pada abad 18 dan 19, yaitu penemuan mikroskop. Biologi adalah kajian fenomena kehidupan dan makhluk hidup yang mencakup struktur, fisiologi, morfologi, ruang hidup, serta asal muasal dan distribusinya. Dalam perkembangannya, biologi juga mengkaji perubahan makhluk hidup dari masa ke masa serta inovasi teknologi biologi.

Biologi dalam kurikulum sangat diperlukan untuk memahami, mengatasi, dan mengelola tantangan sumber daya alam, kualitas lingkungan, kesehatan, pencegahan dan penanggulangan penyakit, serta penggunaan teknologi biologi yang dihadapi masyarakat pada abad ke-21. Selain itu, ilmu biologi digunakan dalam mempertahankan keanekaragaman hayati, kelestarian ekosistem, kesejahteraan manusia, dan organisme lain beserta populasinya, serta keberlanjutan sumber daya hayati yang dimiliki Indonesia.

Proses pembelajaran biologi sains dilakukan dengan menggunakan pendekatan kontekstual dan inkuiri yang seluruh kegiatan berpusat pada peserta didik. Melalui pendekatan ini, peserta didik diberikan pengalaman belajar secara autentik sehingga peserta didik terlatih dalam memecahkan permasalahan kehidupan sehari-hari melalui kerja ilmiah, dimulai dari menemukan masalah, menyusun hipotesis, merancang percobaan, melakukan percobaan, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengomunikasikan hasil percobaan. Hal ini akan berimplikasi pada kesiapan peserta didik dalam
menghadapi hidupnya saat ini dan masa depannya.

Materi biologi pada tingkatan Sekolah Menengah Atas mencakup biologi sel, sistem organ, pewarisan sifat, pertumbuhan dan perkembangan, serta evolusi. Pemahaman materi ini akan membantu peserta didik memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai contoh, peserta didik menggunakan
pemahamannya untuk mengevaluasi hubungan sistem biologi dan perubahannya akibat dampak dari aktivitas manusia sehingga dapat mengusulkan penyelesaian permasalahan mengenai perubahan iklim. Peserta didik juga dapat mengembangkan keterampilan proses berupa investigasi, analisis, evaluasi, refleksi, serta keterampilan komunikasi melalui lingkungan dan laboratorium. Selain itu, selama
melakukan keterampilan proses, sikap ilmiah peserta didik dan profil pelajar Pancasila dapat terbentuk. Melalui kegiatan investigasi, peserta didik secara mandiri dapat mengasah nalar, memunculkan kreativitas, serta mampu berkolaborasi dan berkomunikasi dengan peserta didik lainnya. Dengan demikian, mata pelajaran Biologi dapat mengembangkan pengetahuan dan keterampilan proses.

Pembelajaran biologi di Sekolah Menengah Atas memberikan keterampilan dan pemahaman berdaya guna dalam lingkup yang luas untuk keberlanjutan proses pembelajaran di perguruan tinggi dan/atau karirnya. Pemahaman terhadap konsep biologi (pengetahuan dan keterampilan sains secara umum) sangat relevan untuk karir, seperti dunia kesehatan, peternakan, perikanan, industri makanan, biologi laut, agrikultur, bioteknologi, rehabilitasi lingkungan, konservasi, dan ekowisata. Biologi juga dapat dijadikan dasar bagi peserta didik dalam mengambil keputusan secara kritis tentang isu personal, lokal,
dan global, seperti perubahan iklim.

CAPAIAN PEMBELAJARAN INFORMATIKA

Informatika adalah sebuah disiplin ilmu yang mencari
pemahaman konsep informatika dan mengeksplorasi dunia di
sekitar kita, baik nyata maupun maya yang secara khusus
berkaitan dengan studi, pengembangan, dan implementasi dari
sistem komputer, serta pemahaman terhadap inovasi dan cara
pengembangannya. Peserta didik dapat menggagas,
menganalisis, merancang, dan mengembangkan produk dalam
bentuk perangkat keras, perangkat lunak, atau sistem komputasi
berupa kombinasi perangkat keras dan perangkat lunak.
Informatika mencakup prinsip keilmuan perangkat keras,
perangkat lunak, data, informasi, dan sistem komputasi. Semua
pemahaman tersebut membutuhkan kemampuan berpikir
komputasional dan kecakapan digital. Oleh karena itu,
Informatika mencakup sains, rekayasa, dan teknologi yang
berakar pada logika dan matematika serta memberi ruang kepada
aspek seni. Istilah informatika dalam bahasa Indonesia
merupakan padanan kata yang diadaptasi dari Computer Science
atau Computing dalam bahasa Inggris. Peserta didik mempelajari
mata pelajaran Informatika tidak hanya untuk menjadi pengguna
komputer, tetapi juga untuk menyadari perannya sebagai
problem solver yang menguasai konsep inti (core concept) dan
terampil dalam praktik (core practices), serta berpandangan
terbuka ke bidang lain. Di tengah transformasi digital yang
mengalir deras, literasi digital dan berpikir kritis menjadi
prasyarat penting supaya peserta didik memiliki bekal untuk
menjadi warga digital berbudaya dan beradab (civilized digital
citizen), dan produktif di dunia digital dengan meminimalisasi
dampak negatifnya. Informatika mengakomodasi literasi digital
yang didefinisikan sebagai kemampuan untuk mengakses,
mengatur, memahami, mengintegrasikan, mengkomunikasikan,
mengevaluasi, dan mengkreasi informasi dengan aman dan tepat
melalui teknologi digital untuk bekerja dan berwirausaha, yang
mencakup aspek kecakapan, etika, budaya, keamanan, dan
keseimbangan digital yang meliputi dimensi kognitif, teknis, dan
sosial emosional.
Mata pelajaran Informatika memberikan fondasi berpikir
komputasional, sesuai dengan konteks Indonesia yang beragam.
Peserta didik ditantang untuk berinovasi secara kreatif,
menyelesaikan persoalan nyata yang dapat diselesaikan secara
komputasional secara berjenjang, mulai dari persoalan dan data
yang kecil dan sederhana sampai dengan yang besar, kompleks,
dan rumit. Mata pelajaran Informatika mendukung enam literasi
dasar serta pemodelan dan simulasi berdasarkan sains
komputasional (computational science). Mata pelajaran
Informatika juga meningkatkan kemampuan peserta didik untuk
memaksimalkan potensi yang bisa diraih di dunia digital melalui
kecakapan digital, bijak beretika digital, dan berbudaya Pancasila
dalam dunia digital, serta mampu hidup aman dan seimbang di
dunia digital.
Proses pembelajaran Informatika dilaksanakan secara inklusif
bagi semua peserta didik di seluruh Indonesia sesuai dengan usia
dan kehidupan sehari-harinya sehingga pembelajarannya dapat
tanpa menggunakan komputer (unplugged) atau dengan
penggunaan komputer (plugged). Capaian Pembelajaran Mata
pelajaran Informatika pada Fase A, B, dan C tidak ditetapkan,
pembelajaran Berpikir Komputasional dan Literasi Digital
diintegrasikan dengan mata pelajaran lainnya terutama dalam
Pendidikan Pancasila, Bahasa, Matematika, dan Sains.
Pembelajaran Berpikir Komputasional dan Literasi Digital sangat
penting bagi peserta didik SD/MI sebagai fondasi untuk
tercapainya computationally literate creators dan wise and
wellbeing digital citizenship. Proses pembelajaran Informatika
berpusat pada peserta didik (student-centered learning) dengan
menerapkan model pembelajaran berbasis inkuiri (inquiry-based
learning), pembelajaran berbasis masalah (problem-based
learning), atau pembelajaran berbasis projek (project-based
learning) yang berlandaskan aspek praktik kerekayasaan
Informatika. Guru dapat menentukan tema atau kasus sesuai
dengan kondisi lokal. Pembelajaran Informatika mendukung
kemampuan peserta didik dalam menumbuhkan budaya digital
dalam Pendidikan Pancasila, mengekspresikan kemampuan
berpikir secara terstruktur dan pemahaman aspek sintaksis
maupun semantik dalam Bahasa, melengkapi kebiasaan peserta
didik untuk berpikir logis dan menyumbangkan jalan pikir
analisis data dengan sudut pandang informatika dalam
Matematika, serta melengkapi kemampuan pemodelan dan
simulasi dengan alat bantu yang dibutuhkan dalam eksperimen
Sains. Literasi digital dapat diterapkan dalam semua mata
pelajaran dengan mengenalkan alat bantu yang sesuai untuk
pembelajaran yang menyenangkan dan menimbulkan motivasi.
Mata pelajaran Informatika berkontribusi mewujudkan profil
pelajar Pancasila agar peserta didik menjadi warga yang bernalar
kritis, mandiri, kreatif melalui penerapan berpikir komputasional
serta menjadi warga yang berakhlak mulia, berkebinekaan global,
bergotong-royong dalam berkarya digital yang diwujudkan secara
berkolaborasi dalam kerja kelompok baik secara luring atau
daring. Kemampuan bekerja mandiri dan berkolaborasi secara
daring merupakan kemampuan penting sebagai anggota
masyarakat abad ke-21. Peserta didik diharapkan dapat menjadi
warga digital (digital citizen) yang beretika dan mandiri dalam
berteknologi informasi, sekaligus menjadi warga dunia (global
citizen) yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME.

Komentar

Postingan Populer