Budi Daya dan Lintas Usaha

Bidang usaha budidaya, kegiatan usahanya adalah melakukan pemeliharaan sumber daya hayati yang dilakukan pada suatu area lahan untuk diambil manfaat atau hasilnya. Jenis usahanya terdiri dari budidaya nabati dan hewani. Budidaya nabati merupakan kegiatan pengembangan dan pemanfaatan tanaman yang terdiri dari tanaman hias serta tanaman pangan. Budidaya hewani merupakan kegiatan pengembangan dan pemanfaatan hewan yang terdiri dari hewan hias, hewan pangan, unggas petelur serta pedaging. Usaha budidaya dapat melakukan inovasi pada komponen penyiapan lahan, teknik penanaman, pemeliharaan, pemanenan dan pasca panen. 

Jenis kedua dapat merupakan usaha yang berada di dalam lingkup subsektor industri kreatif, di luar kelima bidang usaha Kriya, Desain Grafis, Fashion, Aplikasi dan Permainan Interaktif Digital serta Boga. Misalnya seperti usaha di bidang film, musik, fotografi, arsitektur, seni pertunjukan dan lainnya. Dapat juga berupa kegiatan usaha yang berupa kolaborasi lintas subsektor atau usaha gabungan. 

Jenis ketiga, berkenaan dengan era VUCA, kegiatan usaha baru yang lahir dari perubahan gaya hidup dan perilaku masyarakat sebagai dampak. Terkait hal ini, bagaimana siswa dengan jeli mengasah daya inovasi dan insting wirausahanya dalam menangkap peluang untuk dapat memadukan berbagai sumber daya, dengan memanfaatkan platform digital. 

Dalam hal ini, para siswa dapat mengajukan model bisnis yang baru, yang ‘menjahit’ para pelaku usaha, komoditi lokal, dan berbagai sumber daya lokal, untuk berkegiatan ekonomi secara daring (dalam jaringan/ online). Model bisnis baru yang terinspirasi dari perubahan.

Banyak Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) yang merugi, karena mengandalkan usahanya secara luring (luar jaringan/offline), hingga terpaksa menghentikan usaha. Sementara, beberapa sektor justru mengalami peningkatan permintaan, antara lain Alat Pelindung Diri (APD) (masker, hand sanitizer, dll.), produk herbal, makanan organik, sayuran segar dan produk- produk hortikultura lain, sepeda beserta perlengkapannya dan lainnya. Dari kondisi tersebut, dapat dijadikan referensi sebagai pengembangan bisnis di Bidang Budidaya dan Lintas Usaha, adalah:

1. Future Entrepreneurs (Wirausahawan Masa Depan) 

Sebagai konsensus global dalam upaya merealisasikan tujuan-tujuan pengembangan berkelanjutan; termasuk di Indonesia, dihadapkan dengan begitu banyak tantangan. Selain dalam beradaptasi dengan dampak dari pandemi, penting juga mempersiapkan wirausaha baru agar dapat relevan dengan isu dan konteks yang terus berkembang. 

Beberapa komoditas dari Future Entrepreneurs yang dapat dieksplorasi antara lain: Future Food (kelokalan, well-being, traceability, sustainability), Future Mobility (moda transportasi alternatif yang bersumber Energi Baru Terbarukan/EBT), Future Fashion (bahan baku dan proses produksi yang sustainable), serta Future Craft (pemanfaatan media dan material baru yang sustainable). Dari seluruh kategori tersebut, terdapat potensi begitu besar terkait kebutuhan aktivitas budidaya atau pengembangan produk di hulu industri, serta eksplorasi inovasi dari lintas subsektor industri kreatif. 

Contoh situasi secara lebih detail terkait pengembangan budidaya dari kebutuhan komoditas pada Future Food, dengan beberapa isu strategis: 

Masalah krisis pangan di masa depan. Jumlah Penduduk dunia diprediksi akan mencapai angka 10 miliar jiwa pada tahun 2050 atau naik sekitar 3 miliar jiwa dari jumlah penduduk saat ini. Untuk memenuhi kebutuhan pangan penduduk dunia di masa mendatang maka akan dibutuhkan 56% lahan lebih besar, padahal saat ini lahan yang terpakai untuk memproduksi pangan sudah lebih dari 50%. Krisis pangan juga menjadi masalah Indonesia karena pada tahun 2050 diprediksi jumlah penduduk Indonesia mencapai 300 juta jiwa. Dalam satu tahun paling tidak 200 ribu hektar lahan pertanian beralih fungsi. 

Masalah kemiskinan. Saat ini di Indonesia 36 juta penduduk masih hidup di bawah garis kemiskinan, 19,4 juta penduduk belum mampu mencukupi kebutuhan gizi harian, 37,2% anak di bawah 5 tahun masih mengalami stunting (UN World Food Programme, 2020). 

Masalah distribusi pangan karena sebaran penduduk Indonesia yang tidak merata. Terbukti setiap tahun terdapat 1,3 juta ton makanan terbuang di Indonesia, jumlah ini dapat memberi makan 28 juta penduduk miskin di Indonesia (UN World Food Programme, 2020). Jika efisiensi pertanian mulai dari hulu sampai hilir di dunia dan Indonesia masih seperti sekarang, maka untuk memberi makan semua orang di bumi, diharuskan menebang sebagian besar hutan dunia yang tersisa, memusnahkan ribuan spesies flora-fauna, dan melepaskan emisi yang akan menaikkan suhu dunia sampai 2°C bahkan jika emisi dari semua aktivitas lainnya dihentikan sepenuhnya. (World Research Institute, 2019).

2. Kolaborasi & Kemitraan 

Dalam kondisi pandemi perumusan ulang proses bisnis menjadi kunci strategi mengembangkan usaha yang paling vital. Salah satu yang sangat efektif adalah format kolaborasi dan kemitraan yang dapat terjadi secara horizontal (dari sub sektor sama) atau pun vertikal (lintas sub sektor dan stakeholder). Perumusan format sinergi yang tepat dapat menjadi faktor penentu bukan hanya untuk bertahan, namun hadir sebagai bisnis yang sukses bangkit. Berkolaborasi dan bermitra dengan penduduk serta komunitas di sekitar rumah, sekolah atau wilayah tertentu dalam menjalankan bisnis menjadi satu alternatif yang potensial untuk di- eksplorasi. Kolaborasi ini akan memberikan manfaat kepada lebih banyak pihak sekaligus mengasah kemampuan peserta didik dalam memperkuat kemampuan empati, interaksi sosial sekaligus menggali potensi lokal di sekitarnya. 

Terdapat 3 (tiga) kriteria yang perlu diperhatikan secara khusus oleh peserta adalah: 

a) Komoditas, yang sesuai dengan kebutuhan pasar. Misal: sebuah komoditas di sektor pangan, harus memiliki karakteristik paling tidak bernutrisi tinggi, bebas gluten, tinggi protein, rendah kandungan gula, non-gmo, organik, enak, dan diversified. 

b) Proses yang inovatif dari awal sampai akhir, dari hulu sampai dengan hilir dengan pemanfaatan teknologi dan value creation lainnya. 

c) Pemasaran yang kreatif, memanfaatkan platform digital dan media sosial. Contoh: di masa depan produk akhir dari proses budidaya, akan langsung dipasarkan dari konsumen kepada produsen dalam kondisi yang masih segar selama 24 jam tanpa henti. Konsumen juga akan memanfaatkan teknologi Artificial Intelligence (AI) atau Kecerdasan Buatan, dalam memilih bahan pangan apa yang cocok untuk mereka di masa depan. Kesadaran lingkungan juga akan semakin meningkat sehingga konsumen akan lebih memilih bahan pangan yang organik dan berasal dari perusahaan yang tidak merusak lingkungan.

Komentar

Postingan Populer