Masalah Budidaya Bawang Merah di Kabupaten Pati

Bawang merah merupakan hasil budidaya sumber daya lokal masyarakat pati (Amri, dkk, 2021). Menurut studi Sutrisno (2015) luas lahan dan kesuburan tanah Kabupaten Pati ternyata belum dapat dimanfaatkan secara optimal untuk membangun ketahanan pangan bidang hortikultura terutama komoditas bawang merah dan perekonomian rakyat perdesaan. Produksi bawang merah di Kabupaten Pati Provinsi Jawa Tengah 21.654 ton dengan luas panen 2.061 Ha (BPS Kab. Pati, 2014).

Sementara luas tanaman bawang merah yang ada di Kabupaten Pati baru mencapai 2.061 Ha (5,57% dari luas lahan sawah irigasi) yang tersebar di Kecamatan Wedarijaksa, Jaken, Jakenan dan Batangan (BPS Kab. Pati 2014). Kecamatan Wedarijaksa merupakan sentra tanaman bawang merah, hal ini dapat dilihat dari luas tanam bawang merah yang mencapai 772,5 Ha (37,48% dari luas tanam 2.061 Ha). Empat kecamatan tersebut mempunyai potensi lahan untuk dikembangkan tanaman bawang merah sebagai usaha agribisnis yang prospektif. 

Tanaman bawang merah lebih senang tumbuh di daerah beriklim kering, peka terhadap curah hujan dan intensitas hujan yang tinggi serta cuaca berkabut. Tanaman ini membutuhkan penyinaran cahaya matahari yang maksimal (minimal 70% penyinaran), suhu udara 25-32°C dan kelembaban nisbi 50-70% (Sutarya dkk, 1995). Ketinggian tempat yang optimal untuk pertumbuhan dan perkembangan bawang merah adalah 0-450 m di atas permukaan laut (Sutarya dkk dalam Sumarni dan Hidayat, 2005). Tanah yang paling cocok untuk tanaman bawang merah adalah tanah Aluvial atau kombinasinya dengan tanah Glei-Humus atau Latosol (Sutarya dkk, 1995). Sementara itu kualitas umbi bibit merupakan salah satu faktor yang menentukan tinggi rendahnya hasil produksi bawang merah. Pengolahan tanah perlu dilakukan dengan membuat bedengan ukuran lebar 1 m, tinggi 30 cm dan panjang disesuaikan dengan luas lahan. Langkah berikutnya adalah umbi bibit ditanam dengan jarak tanam 20 cm x 15 cm atau 15 cm x 15 cm. Pemupukan dilakukan dengan menggunakan pupuk NPK secara berimbang sesuai anjuran. Tanaman bawang merah memerlukan air yang cukup selama pertumbuhannya melalui penyiraman. Sedangkan hama dan penyakit yang sering menyerang tanaman bawang merah antara lain: ulat grayak Spodoptera, Trips, Bercak ungu Alternaria (Trotol); otomatis (Colletotrichum), busuk umbi Fusarium dan busuk putih Sclerotum, busuk daun Stemphylium dan virus (Sumarni dan Hidayat. 2005), pengendalian dilakukan secara terpadu. 

Bibit bawang merah yang sesuai dan cocok ditanam petani dilahan sawah sesuai dengan kondisinya di Kecamatan Wedarijaksa dan 3 Kecamatan (Batangan, Jaken dan Jakenan) adalah varitas Thailand, Manjung, Banji dan Bima. Varitas tersebut belum tersedia dengan baik dan mudah didapat sehingga petani masih mendatangkan dari Nganjuk Jawa Timur dengan harga berkisar Rp 19.000,- sampai Rp 25.000,- per Kg, hal ini merupakan kelemahan. Banyaknya bibit yang diperlukan dapat diperhitungkan berdasarkan jarak tanam dan berat bibit. Kebutuhan bibit untuk setiap hektarnya berkisar antara 600 – 1.200 kg (Sutarya dkk, 1995).

Pemupukan merupakan salah satu faktor produksi yang dapat meningkatkan produksi bawang merah jika digunakan sesuai anjuran baku teknis budidaya tanaman bawang merah. Kenyataan dilapangan menunjukkan bahwa penggunaan pupuk pada tanaman bawang merah, terutama pupuk NPK belum optimal. Hal ini merupakan kelemahan. Petani masih berorentasi penggunaan pupuk berlebihan pada unsure nitrogen berupa pupuk urea atau ZA dan belum menggunakan pupuk berimbang sesuai anjuran teknis yaitu pupuk Phonska 300 Kg/Ha dan ZA 100 kg/Ha (dosis Dispertannak). Dari penelitian pemupukan bawang merah di lahan bekas tanaman padi sawah di dataran rendah (tanah Aluvial) dengan menggunakan pupuk N sebanyak 200- 300 kg (1/2 N-Urea + ½ N-ZA) yang dikombinasikan dengan P2O5 sebanyak 90 kg, K2O sebanyak 50-150 kg per hektar diketahui bahwa produktivitas dan mutu bawang merah meningkat (Hidayat dan Rosliani 1996).

Kebiasaan petani menggunakan pupuk organik belum terbangun dengan baik, kenyataan dilapangan menunjukkan dalam budaya bawang merah petani belum memanfaatkan pupuk ramah lingkungan ini dengan baik bahkan hampir tidak pernah menggunakan pupuk organik. Padahal ketersediaan pupuk organik ramah lingkungan berupa kotoran ternak tersedia di lingkungan kita. 

Hasil studi Utami dkk (2021) penggunaan pestisida cukup tinggi dan berlebihan, disinyalir telah mencemari lahan bawang merah di Kabupaten Brebes. Hasil penelitian menunjukkan dari 18 titik sampel tanah yang diambil, terdeteksi cemaran insektisida profenofos sebanyak 17 sampel  (94,44%) dengan konsentrasi <LOD – 0,510 ppm dengan BMR 0,30 ppm. Dampak negatif  penggunaan pestisida sudah dirasakan oleh petani, namun perilaku dan tata cara penggunaan pestisida belum banyak berubah. Residu pestisida yang terakumulasi di lahan pertanian diyakini sebagai penyebab menurunnya tingkat kesuburan tanah.

Hama dan penyakit yang menyerang tanaman bawang merah antara lain adalah ulat grayak (Spodoptera), Trips, Bercak ungu (Alternaria) (Trotol); otomatis (Colletotrichum), busuk umbi Fusarium dan busuk putih Sclerotum, busuk daun Stemphylium dan virus. Serangan hama dan penyakit ini perlu pengendalian secara terpadu dan tepat, baik tepat waktu, tepat dosis, dan tepat teknologinya. Kenyataan dilapangan menunjukkan pengendalian hama dan penyakit belum optimal dilakukan dengan cara pengendalian terpadu. Salah satu cara yang dianjurkan untuk mengurangi jumlah pemakaian pestisida adalah dengan tidak mencampurkan beberapa jenis pestisida, memakai konsentrasi pestisida yang dianjurkan, memakai spuyer (nozzle) standar dengan tekanan pompa yang cukup (Sumarni dan Hidayat, 2005).

Hal tersebut kemudian, menurut Kardiyem dkk (2022)  menyebabkan ketidakoptimalan kuantitas dan kualitas hasil produksi. sehingga sering kali petani mengalami kerugian yang dapat  mencapai Rp 40.000.000,00/ha. 

Sutrisno, S. (2015). Faktor-faktor Lingkungan Yang Mempengaruhi Pengembangan Budidaya Bawang Merah (Allium Ascalonicum, SP) Di Kabupaten Pati. Jurnal Litbang: Media Informasi Penelitian, Pengembangan dan IPTEK, 11(2), 93-102. Dalam http://ejurnal-litbang.patikab.go.id/index.php/jl/article/view/65.

Badan Pusat Statistik. 2013. Produksi Cabai besar, Cabai rawit, dan Bawang merah tahun 2012. Berita resmi Statsitik. BPS No. 54/08/Th. XVI, 1 Agustus 2013.

Badan Pusat Statistik Kabupaten Pati. 2014. Pati dalam Angka Tahun2013. Pati. 

Sutarya, R. G., G. Grubben dan Sutarno. 1995. Pedoman Bertanam Sayuran Dataran Rendah. Yogyakarta :Gadjah Mada University Press. 

Sumarni, Nani dan A. Hidayat. 2005. Budidaya Bawang merah. Balai Penelitian Tanaman Sayuran. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura. Badan Penelitian dan pengembangan Pertanian. Jakarta 

--- belum olahdata: 

Setyoningtyas, A. (2021). Pengaruh Pemberian Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA) terhadap Pertumbuhan Tanaman Bawang Merah (Allium cepa L.) yang Tercemar Limbah Batik (Doctoral dissertation, Universitas Jenderal Soedirman).

AYESHA, U. H. R. (2021). ANALISIS PEMBENTUKAN MIKRONUKLEUS AKAR BAWANG MERAH (Allium cepa L.) YANG TERCEMAR PREMIUM (Doctoral dissertation, UIN Raden Intan Lampung).

Sa'dyah, A. R. (2023). Bioremediasi Tanah Tercemar Pestisida Klorpirifos Menggunakan Tanaman Biduri dalam Kombinasinya dengan Bakteri dan Biochar pada Tanah Pertanaman Bawang Merah.

HAJOENINGTIJAS, O. D. (2021). Kajian Fungi Mikoriza Arbuskula dan Fungi Non-Simbiosis Indigenous Serta Asam Humat-Fulvat Pada Akumulasi PB Umbi Bawang Merah (Allium cepa var. ascalonicum) di Media Tanam Tercemar (Doctoral dissertation, Universitas Jenderal Soedirman).

Bahari, S. F. A. (2020). Analisis N Tanah dan Tanaman Bawang Merah pada Pemberian Urea Ditambah Biochar di Lahan Tercemar Residu Pestisida Klorpirifos (Doctoral dissertation, Universitas Brawijaya).

Handayani, C. O. (2022). Toleransi Trichoderma sp. dari Lahan Pertanian Bawang Merah terhadap Logam Berat Cd dan Cu: Studi In Vitro. Jurnal Tanah dan Iklim, 46(2), 161-168.

QOMARIYAH, R. A. Q. (2019). Aplikasi Bio P60 dan Bio T10 Sebagai Bioremediator Tanah Tercemar Pestisida Organofosfat dan Pengaruhnya Terhadap Pertumbuhan Tanaman Bawang Merah (Doctoral dissertation, Universitas Jenderal Soedirman).

Lestari, H., Mustikarini, E. D., & Khodijah, N. S. (2023). Kajian Serapan Logam Berat Timbal (Pb) pada Pertumbuhan Bawang Merah (Allium ascalonicum). Agroteknika, 6(2), 175-182.

PUSPITASARI, A. D. A. (2019). Karakter Fisiologi dan Hasil Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) dengan Aplikasi Mikoriza dan Biochar Pada Tanah Tercemar Logam Berat (Doctoral dissertation, Universitas Jenderal Soedirman).

PUSPITASARI, A. D. A. (2019). Karakter Fisiologi dan Hasil Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) dengan Aplikasi Mikoriza dan Biochar Pada Tanah Tercemar Logam Berat (Doctoral dissertation, Universitas Jenderal Soedirman).

HASANUDIN, H. (2019). PENGARUH PEMBERIAN FUNGI MIKORIZA ARBUSKULA (FMA) INDIGENOUS PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) PADA MEDIA YANG TERCEMAR Pb (Doctoral dissertation, UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO).

WIBOWO, I. (2019). UJI RESISTENSI LOGAM BERAT PB ISOLAT FUNGI NON–SIMBIOSIS INDIGENUS LAHAN BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) TERCEMAR LOGAM BERAT Pb (Doctoral dissertation, UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO).

Saputri, R. D., Darundiati, Y. H., & Dewanti, N. A. Y. (2016). Hubungan penggunaan dan penanganan pestisida pada petani bawang merah terhadap residu pestisida dalam tanah di lahan pertanian desa Wanasari kecamatan Wanasari kabupaten Brebes. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 4(3), 879-887.

Pakpahan, T. E., Hidayatullah, T., & Mardiana, E. (2020). Aplikasi biochar dan pupuk kandang terhadap budidaya bawang merah di tanah inceptisol kebun percobaan Politeknik Pembangunan Pertanian Medan. Agrica Ekstensia, 14(1).

Mahmudah, M., Wahyuningsih, N. E., & Setyani, O. (2012). Kejadian keracunan pestisida pada istri petani bawang merah di Desa Kedunguter Kecamatan Brebes Kabupaten Brebes. Media Kesehatan Masyarakat Indonesia, 11(1), 65-70.

Mahdani, S. P. (2024). Studi Bioremediasi Tanah Tercemar Pestisida Berbahan Aktif Klorpirifos, Dampaknya pada Kesuburan Tanah dan Pertumbuhan Tanaman.

Antonius, S., Sahputra, R. D., Nuraini, Y., & Dewi, T. K. (2018). Manfaat pupuk organik hayati, kompos dan biochar pada pertumbuhan bawang merah dan pengaruhnya terhadap biokimia tanah pada percobaan pot menggunakan tanah Ultisol. Jurnal Biologi Indonesia, 14(2), 243-250.


Hidayat, A dan R. Rosliani. 1996. Pengaruh pemupukan N, P dan K pada pertumbuhan dan produksi bawang merah kultivar Sumenep. J. Hort. Vol 5 (5) : 39-43.

H. Sutrisno, lahir 12 Januari 1956 di kota Kudus propinsi Jawa Tengah. Pendidikan Magister Manajemen dari Universitas Muhamadiyah Surakarta. Saat ini menjadi Peneliti Madya di Kantor Penelitian dan Pengembangan Kabupaten Pati.

Amri, M. A., Nurrismiyandini, A., Dewi, M. C., Astuti, I. F., Jayanti, S., & Astika, I. W. (2021). Optimalisasi Pemanfaatan Sumber Daya Lokal Berbasis Pengolahan Pangan di Desa Mantingan, Kecamatan Jaken, Kabupaten Pati. Jurnal Pusat Inovasi Masyarakat (PIM), 3(1), 1-11.

Utami, I. R. P., Wahyuningsih, S., Awami, S. N., & Subantoro, R. (2021). Analisis Ketahanan Pangan Rumah Tangga Petani Bawang Merah (Allium cepa L.) di Kecamatan Mijen Kabupaten Demak. Mediagro, 17(1).

Kardiyem, K., Astuti, D. P., Mudrikah, S., Khafidz, A., Mukoyimah, S., Sulawartisari, S. P., & Novelia, W. I. (2022). Pelatihan Edukasi Penghitungan Risiko Biaya dan Pendapatan Petani Bawang Merah di Desa Genengadal Kabupaten Grobogan. Surya Abdimas, 6(4), 690-701.

Komentar

Postingan Populer