Budidaya dan Kewirausahaan Selada Hidroponik Bersama Bapak Mugi

Program Berkarya dan Kewirausahaan Smanja - Kali ini membahas budidaya selada hidroponik bersama Anggun Jastina Sita dan Nisrina Jihan Azhara, yang mengunjungi kebun hidroponik milik Pak Mugi di Desa Kalimulyo, Pati, Jawa Tengah. Pak Mugi menjelaskan proses budidaya mulai dari penyemaian hingga panen, yang idealnya memakan waktu sekitar 1,5 bulan. Selada hidroponik dinilai lebih bersih, cepat tumbuh, dan aman dikonsumsi karena tidak memerlukan tanah atau pestisida. Untuk pemasaran, Pak Mugi memanfaatkan media sosial, relasi, dan pendekatan langsung ke konsumen. Ia juga berbagi tips tentang perawatan tanaman dan diversifikasi tanaman hidroponik lainnya.

Program ini, dipandu oleh Anggun Jastina Sita dan Nisrina Jihan Azhara, membahas budidaya dan kewirausahaan selada hidroponik. Selada hidroponik ditanam tanpa tanah, hanya menggunakan air dan nutrisi terkontrol, sehingga lebih bersih, aman, cepat tumbuh, serta memiliki rasa segar dan renyah.

Lokasi liputan adalah kebun hidroponik milik Bapak Mugi di Desa Kalimulyo, Kecamatan Jakenan, Kabupaten Pati, Jawa Tengah.

Bapak Mugi menjelaskan proses budidaya, mulai dari penyemaian benih hingga penanaman pada instalasi. Setelah berumur 1,5 bulan, selada siap dipanen. Pemanenan bisa disesuaikan, seperti memanen daun muda untuk konsumsi tertentu.


2. Strategi Pemasaran Selada Hidroponik

(5:50 - 11:39)
Untuk memasarkan selada hidroponik, Bapak Mugi memanfaatkan media sosial dan jaringan relasi. Selain itu, ia juga menggunakan pendekatan langsung seperti door-to-door dan menawarkan produk ke penjual makanan yang memerlukan selada. Konsumen dapat membeli selada dalam berbagai bentuk, seperti per batang atau per kilogram, sesuai kebutuhan.

Kebun hidroponik milik Bapak Mugi diberi nama "Pordomreni," yang mencerminkan filosofi bahwa konsumen diundang untuk datang langsung memetik hasil panen.


3. Tahapan dan Teknik Budidaya di Kebun

(11:41 - 13:08)
Bapak Mugi menjelaskan bahwa kebunnya terdiri dari beberapa meja tanam dengan pembagian berdasarkan umur tanaman: meja permajaan (tanaman muda) dan meja pendiwasaan (tanaman dewasa). Kebun ini awalnya dibuat sederhana menggunakan rak bambu dan mulai berkembang sejak pandemi, saat kegiatan lain terhenti.

Selain selada, Bapak Mugi juga mencoba menanam berbagai jenis sayuran seperti tomat, sawi, dan bayam. Namun, ia lebih memilih produk dengan nilai ekonomi lebih tinggi agar instalasi hidroponiknya tetap "wow."


4. Tantangan dalam Budidaya Hidroponik

(13:09 - 16:00)
Beberapa tantangan dalam budidaya hidroponik adalah risiko tanaman terkena jamur akibat kelembapan tinggi serta ketergantungan sistem pada aliran listrik. Jika listrik mati, sirkulasi air berhenti, dan tanaman bisa terancam.

Untuk harga jual, selada hidroponik cenderung stabil bahkan meningkat, tergantung musim. Pada saat harga naik, seperti saat liputan berlangsung, selada hidroponik bisa mencapai Rp35.000 per kilogram.


5. Penutup dan Pesan untuk Pemirsa

(16:01 - Selesai)
Bapak Mugi menekankan pentingnya keberanian (nekat) dalam memulai usaha. Ia mengundang pemirsa untuk mengunjungi kebunnya secara langsung. Tim program mengakhiri liputan dengan harapan budidaya hidroponik dapat menjadi inspirasi dan peluang usaha baru bagi masyarakat.

Salam semangat!


Penulis: Anggun Jastina Sita dan Nisrina Jihan Azhara

Komentar

Postingan Populer