Olah Tanah Untuk Budidaya Timun
Tulisan ini menggunakan sudut pandang, dimana kegiatan mengolah tanah merupakan interaksi sosial dan dengan alam yang berkelanjutan. Dengan demikian, dalam proses mitigasi masalah tanah dan tindakan sosial pertanian diposisikan dalam sebuah panggung besar.
Cara sederhana untuk mengetahui kondisi tanah yang baik adalah tumbuhnya rumput dengan lebat. Dengan tumbuhnya rumput di tanah tersebut, berbagai benih dan bibit apa saja juga akan tumbuh. Hanya saja, untuk mengetahui kondisi tanah, jika memungkin kita juga menggunakan alat ukur ph tanah. Biasanya, alat ukur kelembapan dan derajat keasaman dan kebasaan tanah yang diketahui kebanyakan orang ketika alat ukur ph tersebut menandakan angka 6 sampai dengan 7. Berikut ini adalah beberapa jenis alat ukur ph yang dijual di pasaran.
Untuk mengukur ph tanah, juga dapat dilakukan secara manual, yaitu dengan cara mengidentifikasi apakah di lahan terdapat tumbuhan melastoma malabathricum atau tidak. Jika terdapat tumbuhan tersebut, maka tanah sudah dianggap memiliki ph normal. Berikut ini adalah penampakan dari tumbuhan melastoma malabathricum.
Untuk mengukur ph tanah, juga dapat dilakukan secara manual, yaitu dengan cara mengidentifikasi apakah di lahan terdapat tumbuhan melastoma malabathricum atau tidak. Jika terdapat tumbuhan tersebut, maka tanah sudah dianggap memiliki ph normal. Berikut ini adalah penampakan dari tumbuhan melastoma malabathricum.
Ketika tidak terlihat tumbuhan melastoma malabathricum, untuk mengidentifikasi ph tanah mendekati normal dapat dilakukan dengan tindakan memasukkan sepotong kunyit di dalam tanah. Cara mudah, jika warna kunyit menjadi pudar, maka lahan tersebut memiliki kadar keasaman yang tinggi, alias pH di bawah 7. Jika warna kunyit tetap, pH tanah netral mendekati 7, sedangkan jika warna kunyit menjadi biru maka kadar keasaman tanah tersebut rendah, pH diatas 7. Tindakan mengidentifikasi ph tanah secara manual ini dapat dilakukan dengan cara didokumentasikan dalam rangka mengumpulkan data series secara berkala untuk pembanding dikemudian hari. Jika tiga-tiganya tidak dapat dijangkau, tetap saja berniat menanam, karena menanam itu lebih baik dari pada tidak menanam.
Sembari mengidentifikasi ph tanah dengan menyurut kopi, kita juga perlu melakukan pengamatan fisik tanah. Tindakan ini dilakukan untuk mengetahui apakah tanah dalam keadaan keras atau gembur. Jika suatu ketika tanah kita cenderung kering dan keras, maka perlu ada tindakan lebih lanjut. Namun jika tanah sudah dipastikan gembur dan lembab, dimungkinkan tanah sudah dalam keadaan siap ditanami benih yang bermanfaat. Namun jika tanah kita dalam keadaan kering dan disentuh keras seperti berikut, sebaiknya dilakukan tanahan lanjutan.
Kondisi tanah yang keras dan kering, merupakan fenomena alam yang perlu direspon dengan cara dilakukan tindakan yang aman dan nyaman. Bukan dicari siapa yang salah dan yang benar. Perihal batasan aman dan nyaman adalah sebagai berikut. Aman dalam artisemua semua yang ada disekitar tanah tidak merasa terancam. Atau setidaknya keadaan aman yang diharapkan oleh orang banyak, dan tindakannya tidak berdampak merusak. Adapaun nyaman dalam hal ini adalah adanya harapan baik yang disandarkan dari kegiatan merespon dari tanah yang keras dan kering tersebut.Tindakan merespon tanah yang keras dan kering, agar menjadi tanah yang gembur dan lembab, dapat dilakukan dengan cara memberi materi tambahan untuk dicampur dengan tanah yang bersangkutan. Materi tambahan itu dapat dalam bentuk serasan yang sudah dikomposkan, dan atau menggunakan material sekam padi atau sejenisnya yang bercampur dari kotoran ayam kandang. Perihal penggunaan pupuk kandang ayam, dapat langsung diberikan langsung dilahan. Sekam padi dan kotoran ayam kandang dapat langsung dicampur dengan tanah yang ada di lahan. Pada saat mencampur, sebaiknya diberikan materi dekomposer, asam humat, dan materi fospat. Jika semua telah tersedia, lakukan pengadukan secara sederhana. Pengadukan dapat dilakukan dengan cara dicangkul, dibajak, di traktor, atau dibiarkan begitu saja. Setelah dilakukan mixing dan sedikit penyiraman, sebaiknya ditutup dengan jerami kering atau daun bambu kering. Istiraharkan media tanah selama beberapa minggu.
Asam humat atau sejenisnya, dapat kita dapat dari teman atau membeli dari toko pupuk organik disekitar kita. Asam humat juga dapat kita buat sendiri memanfaatkan bahan yang ada dilingkungan sekitar. Beberapa bahan yang diyakini masyarakat memiliki kandungan asam humat adalah enceng gondok. Untuk mempermudah proses pembuatan asam humat, kita dapat membuat dalam bentuk cair. Berikut ini merupakan langkah-langkah sederhana dalam membuatnya.
Waktu pembuatan asam humat dengan teknik fermentasi cair biasanya memerlukan waktu antara 7 sampai dengan 9 minggu. Beberapa bahan yang mudah kita dapat diantaranya enceng gondok, air cucian beras, gula merah, toples plastik, dan sedikit dekomposer. Untuk perbandingan dapat menyesuaikan bahan. Adapun bahan yang perbandingannya lebih banyak adalah enceng gondok itu sendiri. Pada saat membuat asam humat cair, jika memungkinkan siapkan ruangan yang jauh dari jangkauan anak-anak dan lansia. Agar tidak terjadi ledakan, berikan selang kecil untuk keluarnya gas yang dapat dimasukkan dalam botol plastik terisi air. Selain asam humat, dekomposer juga dapat kita produksi sendiri. Beberapa bahan yang biaasanya digunakan membuat dekomposer adalah mikro organisme lokal (mol) buah-buahan dan atau jamur nasi (trikoderma) dan atau serasah daun bambu berserta tanah bagian atas di sekitar kebun bambu. Namun ketika kita ingin membeli produk komunitas petani, dekomposer bisa didapatkan dari tokok pupuk organik. Walaupun demikian, sebisa munkin memanfaatkan bahan sekitar untuk membuat dekomposer.
Dalam hal penggunaan asam humat terhadap campuran pupuk kandang dan tanah, dapat dilakukan dengan perbandingan 100:25. Secara sederhana, setiap satu sak pupuk kandang ayam dapat dicampur dengan 2 kg atau 2 liter asam humat. Selain itu, lakukan penyemprotan untuk membahasi campuran material tersebut dengan cairan yang mengandung phospat.
Untuk mengukur apakah tanah sudah gembur dan lembab, dapat dilihat dengan dua cara. Pertama, remas tanah untuk mengidentifikasi sudah gembur dan lembab atau belum. Kedua, munculnya rumput pada lahan menjadi tanda bahwa tanah tidak lagi mengandung patokan dan bakteri jahat. Jika dua tanda tersebut memenuhi, maka tindakan pemanfaatan tanah untuk budidaya timun dapat dimulai.
Mulai saatnya budidaya timun, entah timun apa saja, yang terpenting timun tersebut dibutuhkan masyarakat untuk bahan konsumsi. Misal adalah timun baby.
Komentar
Posting Komentar