Etiolasi Bibit Melon, Ini Kata Ahli


Benih melon itu tampak mulai  berkecambah setelah diperam semaleman. Rendaman air hangat selama dua jam juga cukup berdampak. Saat melihat kecambah melon sore menjelang malem itu, pinginnya langsung memindah ke tray benih tanaman. Keesokan harinya, kami segera menemui ibu Meta, guru bahasa indonesia sekaligus pendamping ekskul pecinta alam. Kami meminta tolong kepadanya untuk membantu memindah benih ke tray tanaman. Tak lama kemudian, sembilan siswa langsung membantu memindah benih ke tray. Saat itu tepat hari Rabu tanggal 6 November 2024. Alhamdulilah satu urusan selesai karena gotong-royong, 

Kamis pagi, kamipun segera mengintip pertumbuhan benih melon. Batang muda sudah mulai nampak dengan dua daun semunya. Ingin hati segera solarisasi benih dengan sinar matahari, lagi-lagi terkendala. Payung benih di lahan belum siap. Dalam benak hati, ah baru kuncup aja kok, gak papa deh. 

Sore itu malem jumat, harus lebih awal pulang ke rumah untuk menyiapkan barang bawaan karena keesokan harinya, mendampingi ponakan tunangan. Kami tidak sempat menyambangi tray benih yang ada di ruang lab biologi selepas menemani para siswa kelas XII F2 menyusun bagian pendahuluan program pemberdayaan komunitas. 

Hari sabtu pagi kami segera meluncur ke sekolah. Cukup lega karena telah janjian dengan petugas lab biologi untuk menaruh kunci ruang di meja. Usai memarkirkan sepeda motor Honda grand, kami segera menghubungi penjaga piket. Ternyata, kunci itu tidak ada di meja. Kamipun segera menuju ke ruangan yang ada tray benih melon tersebut. Mak dheg, setelah melihat tray melon, dalam keadaan etiolase, yaitu tumbuh cepat dan menjuntai karena kurang paparan sinar matahari. 

Ingin segera masuk ke ruang lab, namun tidak ada kunci. Berbegas ke rumah pembawa kunci bersama mas Sapuri pecinta sholawat. Hampir 8 menit dari sekolah, setelah melewati lika-liku gang perubahan yang terbilang baru ini, sampailah di depan pagar berjarak luas dengan halaman rumah limasan yang terbuka. Beberapa tanaman dengan teknik vertical garden gerak kenan dan kekiri seiring ucapan salam kami ke rumah tersebut. Kamipun segera melangkahkan kaki mundur, bertanya tetangga petugas lab biologi yang sedang menjemur daster dan kerudungnya di emperan rumah.  

Balik ke sekolahan dengan tangan hampa. Bemodal semangat karena melihat benih melon dalam keadaan letoy. Dengan mengucap bismillahirohmanirrohim, gagang pintu bertangan itu telah membukaan pintu lab. Waduh... 

Dua belas tray itu kami bawa satu persatu ke meja taman depan mushalla sekolah. Taman tersebut tampak relatif cukup kena paparan sinar matahari. Capek juga setelah rampung menata tray benih tanpa alas gantung. Usai memasang paranet untuk cungkup tray, karena pesanan plastik UV tidak kunjung datang, kami nyalakan satu menit springkel air yang ada di dalam kerodong tray, dan pulang. 

Kami berdoa, semoga kerodong dan tray tanaman itu tidak banyak terkoyak angin. Karena sore itu tumpah angin lebat mengiringi derasnya air hujan turun, 

Tulisan ini bersambung dengan tema pengalaman ahli, Mas Heri Sleman, dalam mengatasi etiolase pada bibit melon. 



Penulis adalah Suhadi, guru sosiologi SMA Negeri 1 Jakenan


Komentar

Postingan Populer