Madumongso Jajanan Tradisional Masyarakat Desa Sumurtawang Yang Masih di Sajikan Saat Perayaan Lebaran
Adalah desa Sumurtawang merupakan kawasan yang memiliki aneka bahan melimpah untuk membuat jajanan madumongso. Secara administratif desa tersebut berada di kecamatan Kragan kabupaten Rembang provinsi Jawa Tengah. Namun dalam hal tradisi pernikahan dan jajanan lamaran hingga lebaran, masyarakat desa ini cenderung mengikuti tradisi jawa timuran.
Hingga sekarang di pekarang masyarakat Sumurtawang masih ditemukan tanaman nanas lokal dengan ukuran besar berkulit tebal agak kehijauan. Para petani desa ini juga masih menanam pari ketan di saat musim rendeng.
Tanaman pari ketan tampak masih ditemukkan di beberapa petak sawah mereka. Dari hasil menanam pari ketan inilah, biasanya digunakan untuk membuat nasi ketan dengan ditaburi parutan kepala muda untuk hidangan sarapan hingga kudapan makan para pekerja di sawah dan pekarangan.
Buah nanas dan pari ketan merupakan bahan wajib untuk membuat jajanan mudomongso. Disebut madumongso karena jajanan ini disajikan pada saat hari baik dan hari besar. Hari baik menurut masyarakat Sumurtawang adalah hari dimana terdapat pagelaran peristiwa upacara daur hidup yang diwarnai suka cita. Hari baik atau dino becik menurut masyarakat setempat adalah hari kalahiran, hari sunatan, dan hari pernikahan. Pada peristiwa tersebut biasanya masyarakat Sumurtawang menggelar acara dengan mendatangkan tamu untuk mengabarkan bahwa salah satu dari keluarga atau tetangga mereka sedang merayakan ucapan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dan pada saat yang sama, keluarga dekat dan para tetangga berbondong datang ke rumah yang menggelar hajatan. Mereka yang datang biasanya membawa barang bawaan dan uang sebagai wujud saling bergantian meringankan bebas saat acara anggota masyarakat menggelar hajatan serupa.
Pada saat itulah madumongso disajikan layaknya ekspresi madu yang terasa manis yang disajikan dalam bentuk jajajan yang dibungkus kertas tipis berwarna-warni yang selalu mengundang para tamu untuk mencicipinya. Pun dengan hari raya idul fitri juga sama. madumongso juga menjadi sajian jajanan seiring dengan tradisi saling bersalaman menghaturkan maaf dan saling memaafkan.
Jajanan serasa madu yang disajikan saat mongso atau waktu-waktu tertentu ini telah berhubungan dengan potensi alam dan tradisi masyarakat Sumurtawang. Acara lamaran, pernikahan, sunatan, hingga perayaan idul fitri yang digelar dengan sajian madumongso adalah bukti jajanan berhubungan tradisi. Hal senada juga berhubungan dengan potensi alam setempat. Dengan adanya budidaya buah nanas di pekarang warga dan menanam pari ketan saat musim rendang di sawah meraka, juga menjadi bukti bahwa proses membuat jajanan tradisi juga berhubungan dengan potensi alam.
Madumongso merupakan jajajan basah yang lembut dan kuat rasa akan buah nanas dan tape ketan. Jajanan ini terbilang awet tanpa pengawet dan pewarna. Madumongso yang dibuat oleh masyarakat desa Sumurtawang dapat bertahan hingga tiga bulan. Rahasia awetnya madumongso terdapat pada proses pembuatan yang masih alami, serta menggunakan bahan lokal yang berkualitas, menjadi kunci jajanan tradisi ini enak dan tahan lama.
Hampir semua warga desa Sumurtawang dapat membuat jajanan madumongso. Dua keluarga yang tiap tahun mendapatkan pesanan madumongso berlimpah adalah keluarga Kasminah dan keluarga Istiqomah. Dua keluarga inilah yang kerap menjadi rujukan untuk urusan jajanan madumongso. Keduanya memiliki resep berasal dari keluarga besarnya yang diwariskan secara turun temurun. Walaupun demikian, keduanya memiliki perbedaan dalam hal membuat madumongso. Untuk madumongso buatan keluarga Kasminah, dikenal dengan sajian menarik. Madumongso Kasminah disajikan bertoples dengan bungkus plastik tipis. Adapun alat yang digunakan sudah terbilang kekinian yaitu dengan menggunakan pemanas api LPG dan perkakas alat masak dari mesin listrik. Sedangkan untuk keluarga Istiqomah, sajiannnya masih seperti jaman dahulu kala, yaitu dibungkus dengan kertas layang-layang berwarna warni. Berbeda dengan keluarga Kasminah, Istiqomah masih menggunakan alat-alat tradisional saat membuatnya. Tampak Istiqomah masih mengenakan tungku berbahan bakar kayu. Adapun resep dan proses membuat jajanan madumongso, dari kedua keluarga relatif sama.
Berikut ini merupakan proses membuat jajanan madumongso masyarakat desa Sumurtawang. Pada bagian resep membuat madumongso ini dirujuk dari resep keluarga Istiqomah. Resep didapatkan dengan ijin langsung dari yang bersangkutan dengan cara Penulis ikut hadir dan memasak bersama keluarga Istiqomah saat membuat jajanan madumongso untuk sajian hari raya lebaran tahun ini.
Saat Istiqomah membuat jajanan madumongso, bahan-bahan yang disiapkan diantaranya kelapa, tape ketan, nanas, dan gula. Menurut Istiqomah, kunci resep membuat madumongso adalah pada perbandingan yang sama bahan tape ketan gula pasirnya. Jika tape ketannya 2 kg, maka gula pasirnya sejumlah 2 kg. Adapun kelapa dan buah nanasnya dapat disiapkan sesuai selera. Jika ingin jajanan madumongsonya terasa gurih dan terlihat mengkilat maka perlu penambahan jumlah kelapanya. Jika ingin madumongsonya terlihat merona, buah nanasnya dapat ditambahkan sesuai selera. Menurut Istiqomah, untuk membuat madumongso dengan bahan tape ketan 2 kg, perlu disiapkan nanas sejumlah delapan buah dan kelapa sejumlah tiga buah.
Istiqomah menceritakan, membuat jajanan madumongso itu gampang-gampang susah. Gampang ketika bahan tape ketannya dalam keadaan bagus. Tapi terkadang juga susah, ketika bahan tape ketannya kurang sempurna. Kurang sempurna yang dimaksud adalah proses fermentasi ketan tidak berhasil. Menurut istiqomah, untuk membuat tepe ketan yang bagus adalah proses memberikan ragi pada ketan yang sudah dimasak dalam keadaan sudah dingin. Jika saat menaburi masih hangat apalagi panas, dijamin tape auto gagal, alias tidak harum atau tengik. Untuk membuat tape ketan dua kg, menurut Istiqomah memerlukan tiga ragi tape tiga buah.
Berdasarkan pengamatan dan obrolan Penulis saat membuat madumongso dengan Istiqomah, ternyata untuk membuat madumongso ada tahapan-tahapan unik yang tidak boleh sembarangan apalagi sembrono. Dari hasil pengamatan dan obrolan, proses membuat madumongso yaitu sebagai berikut.
![]() |
Proses membuat blondo santan kelapa atau areh |
Pertama, membuat parutan kelapa yang diperas menjadi santan kentel/kental. Menurut pengalaman Istiqomah, perasan santan kental akan mempercepat proses pembuatan dan menghasilkan madumongso yang mengkilat alias tidak lengket.
Kedua, membuat areh atau blodo kelapa dari santan kental. Areh atau blondo adalah bulir yang bercampur minyak dari santan kental kelapa yang dipanaskan. Teknik membuat areh atau blondo adalah memanaskan perasan santan kental dengan api ukuran sedang. Pengalaman Istiqomah, sebaiknya menggunakan tunggu dengan bara api normal alias tidak berubah ubah. Dari pengamatan Penulis, sesekali santan yang digodok itu diudek, sembari menyiapkan bahan lainnya, yaitu memarut buah nanas. Dari pengalaman Istiqomah, saat selesai memarut buah nanas, biasanya santan telah siap menjadi areh atau blondo.
![]() |
Proses memasukkan parutan nanas dan tape ketan untuk membuat adonan madumongso |
Ketiga, memasukkan tape ketan dan nanas parut serta gula pasir kedalam areh. Bahan-bahan tersebut dicampur menjadi satu dengan urutan mulai dari nanas parut, tape ketan, dan gula pasir. Dari pengalaman Penulis saat ikut membuat madumongso, proses ketiga ini cukup membutuhkan waktu yang lama. Hampir sekitar tiga jam adonan di-aduk perlahan dengan api sedang hinga api kecil saat adonan pulen.
![]() |
Proses memasukkan gula pasir dalam adonan setelah tape ketan dan parutan nanas tercampur dalam areh |
Istiqomah menyebutnya sutil, yaitu alat yang digunakan untuk mengaduk adonan bahan hingga menjadi madumongso. Sendok kayu panjang berjumlah dua itu silih berganti dimaju mundurkan untuk mengudek adonan. Sesekali sutil menyapu bagian bawah wajan atau kuali plat besi ukuran besar untuk membersihkan kerak pada wajan agar adonan madumongso tidak gosong. Saat ikut mengudek, Penulis merasakan sutil semakian lama semakin berat digerakkan. Menurut Istiqomah, jika adonan sudah mulai berat digerakkan, maka api sudah saatnya diatur dalam ukuran paling kecil.
![]() |
Adonan madumongso diaduk selama tiga jam hingga kental |
Mendekati tiga jam mengaduk adonan, aroma khas madumongso semakin menyambar bulu hidung. Perlahan adonan berubah warna dari warna cerah menjadi coklat muda keemasan. Menurut Istiqomah, ketika adonan sudah mulai pekat dengan warna keemasan, jangan sekali-kali menambahkan bahan baru. Tindakan menambahkan bahan akan berdampak pengulangan waktu masuk dari awal lagi karena adonan menjadi muda lagi. Jika terpaksa adonan kurang manis, gula dapat ditaburkan tipis dengan adukan cepat. Hal penting untuk mengakhiri masakan madumongso, Istiqomah mematikan api kompor dengan tetap mengaduk dengan sutil secara perlahan dalam waktu 10 menitan. Ketika uap adonan yang telah matang itu tidak muncul lagi, pada saat itulah madumongso telah matang.
Adonan jajanan tampak telah metang dengan ditandai warna merona
Resep membuat Jenang Ketan, untuk membuat jenang ketan, bahan dan proses relatif sama, hanya mengganti bahan tape ketan dan nanas dengan tepung ketan dengan komposisi perbandingan ketan dan gula adalah satu banding dua. Untuk melihat resep rahasianya, dapat klik tautan Resep membuat Jenang Ketan.
Madumongso yang telah matang segera ditaruh dalam nampan. Dengan ketebalan tipis-tipis, madumongso diangin-anginkan hingga benar-benar dinggin. Keesokan harinya, madumongso siap diglintir atau dicetak kecil-kecil dengan tangan, untuk dikemas dalam kertas layang-layang warna-warni.
Menurut Istiqomah, madumongso yang dimasak mendekati kering, tekstur madumongsonya akan keras. Madumongso yang demikian biasanya agak kesulitan saat diglintir. Untuk mensiasati agar bisa glintir, madumongso dapat dicetak dengan tangan ketika madumongso masih hangat. Madumongso yang dimasak hingga kering, jajanan khas desa Sumurtawang ini terkesan alot atau keras untuk minggu pertama. Menurut Istiqomah, semakin lama madumongso semakin empuk saat dikunyah ketika jajanan madu ini telah tersimpah selama tiga minggu kemudian.
Saat hari raya lebaran tiba, jajanan madumongso siap disajikan di toples lebaran. Bersangding dengan jajanan khas lebaran lainnya, madumongso kerap menjadi incaran para tamu. Sembari mengulurkan saling maaf, madumongso kerap menjadi trending topik menjadi tema obrolan lebaran. Beberapa dari tamu juga kerap membawa jajanan madumongso untuk dimasukkan di saku pada baju baru saat lebaran.
Demikian merupakan resep sekaligus cerita tentang jajanan tradisional masyarakat Sumurtawang yang masih di sajikan saat perayaan lebaran. Untuk para pembaca yang tertarik membuat jajanan madumongso, selamat mencoba membuat saat dino becik.
Dari tulisan di atas dapat Penulis simpulkan bahwa jajanan tradisional yang disajikan saat lebaran, salah satunya adalah madumongso. Jajanan madumongso yang disajikan di meja tamu masyarakat Sumurtawang masih terdapat jajanan khas yang dibuat sendiri dengan resep turun temurun. Jajanan tradisional lebaran ini dibuat sendiri oleh masyarakat Sumurtawang. Dengan sajian jajanan madumongso saat lebaran ini telah memancarkan makna bahwa lebaran adalah hari baik untuk saling berkunjung saling maaf memaafkan layaknya manis semanis madu, yang tidak lain ada madumongso itu sendiri.
Selamat hari raya lebaran, mari berkunjung untuk saling memaafkan, sekaligus menikmati jajanan khas tadisional desa masing-masing. Tindakan sosial dalam membuat, mencicipi, hingga menjadikan tema obrolan saat lebaran, adalah wujud nyata dalam melestarikan jajanan khas tradisi lebaran.
Penulis adalah Suhadi, Guru Sosiologi di SMA Negeri 1 Jakenan
Komentar
Posting Komentar