Dalam tiga tahun terakhir ini, Badan Pusat Statistik (BPS) merilis data persentase pekerja paruh waktu semakin meningkat. Hal ini dapat dilihat pada tahun 2021 sebanyak 37,10%, tahun 2022 sebanyak 37,10%, dan 2023 sebanyak 37,88%. Berdasar data BPS tersebut, perempuan tampak mengalami penambahan partisipasi dalam berkegiatan di ruang publik.
Partisipasi perempuan tampil di ruang publik juga dikonfirmasi Kemenaker sejak tahun 2021. Laporan Kemenaker pada Ketenagaan Dalam data, penduduk usia kerja berdasarkan jenis kelamin, terdapat 102.718.623 perempuan dan 102.640.813 laki-laki. Dalam penduduk usia kerja, perempuan lebih mendominasi dibanding laki-laki. Penduduk yang menggunakan internet untuk pekerjaan utamanya berdasar jenis kelamin, terdapat 17.901.484 jiwa dan 28.724.388 jiwa. Tampak perempuan juga mendapatkan akses lebih dalam jenis pekerjaan di ruang terbuka.
Ruang terbuka semakin menjadi ekosistem perempuan, khususnya pilihan menjadi Guru. Berdasarkan data Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah Kemendikbudristek pada semester ganjil Tahun Ajaran (TA) 2022/2023 terdapat 3,3 juta guru di seluruh Indonesia. Dari total populasi guru nasional, sebanyak 2,36 juta orang atau 70,84% adalah perempuan. Sementara jumlah guru laki-laki sebanyak 972,05 ribu orang atau 29,16%. Tampak perempuan lebih memilih dan berpartisipasi dilingkungan pendidikan yang mungkin karena ada harapan lebih dalam dalam aspek perlindungan dari kekerasan, atau tidak mendiskriminasi mereka di tempat kerja.
Secara kebetulan juga, seiring tampilnya perempuan bekerja paruh waktu di ruang publik yang semakin bertambah, meningkat pula permintaan tentang bahan kosmetik. Hal ini dapat dilihat Pendapatan Produk Kecantikan dan Perawatan Diri di RI Capai Rp111,83 Triliun pada 2022. DiPerkiraan Pendapatan Produk Perawatan Diri dan Kecantikan di Indonesia (2014-2027), berdasarkan laporan Statista yang dirilis tahun 2022, mencapai 9,59 USS miliar.
Terlihat pula dalam Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional (RIPIN) 2015-2035, kosmetik menjadi industri prioritas nasional. Dikutip dari portal data pasar dan konsumen internasional Statista tahun 2022, pasar Industri Kosmetik Indonesia diramalkan akan bertumbuh sebesar 5.91% per tahun, termasuk di dalamnya produk perawatan kulit (skincare) dan personal care. Industri yang satu ini tampak menjadi sektor kompetitif yang mungkin didorong oleh lifestyle masyarakat terhadap persepsi dan penggunaan produk, khususnya pada kalangan perempuan.
Dari sebaran data tersebut, hal menarik yang perlu diperbincangkan adalah bagaimana peran bahan kecantikan berbasis sumber daya alam lokal untuk dapat dieksplorasi menjadi sebuah produk kosmetik? Beberapa alasan kenapa kita perlu memperbincangkan sumber daya alam lokal menjadi produk kosmetik/kecantikan. Pertama, sudah saatnya kita berdaulat terhadap bahan dan produk yang digunakan anak negeri. Kedua, sudah saatnya kita juga menguasai pengetahuan dan teknologi dalam membuat produk kosmetik kita sendiri. Ketiga, sudah saatnya keberadaan dan penggunaan produk kosmetik memberi kebermanfaatan dan kemakmuran kita sendiri. Alasan tersebut menjadi kuat ketika kita melihat tren produk kosmetik kecantikan cenderung dipengaruhi influencer lokal dan produk lokal.
Lantas sumber daya alam lokal apa yang dapat digunakan untuk bahan kecantikan? Bagaimana daya jangkau pengetahuan dan teknologi dalam memproduk? Untuk menjawab kedua pertanyaan tersebut, Penulis menggunakan pendekatan lintasan tradisi masyarakat dalam mengenal bahan kecantikan dan teknik membuatnya. Pendekatan sosial budaya dipilih dalam rangka mengaktifkan daya budaya dalam membangkitkan kedaulatan produk kosmetik dalam negeri.
Widjaja dkk telah mengingatkan kita bangsa Indonesia untuk selalu mengucapkan syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, dalam bukunya yang berjudul Kekinian Keanekaragaman Hayati Indonesia yang terbit tahun 2014 LIPI Press, bahwa Indonesia merupakan negeri terbesar (setelah Brazil) yang memiliki keanekaragaman hayati. Sedangkan menurut Primadhika tahun 2018 menyatakan nomor tiga setelah negara Brazil dan Kongo. Dari biodiversitas tersebut, kita juga diingatkan Saudah dkk dalam Talenta Conference Series: Tropical Medicine (TM) 01,074-077 tahun 2018 bahwa dengan keanekaragaman hayati tersebut bangsa Indonesia dapat melaju kencang dalam mengembangkan industri berbasis etnomedisin, etnokosmetikm dan etnofood.
Menurut Enik dan Sigit dalam Jurnal Nusantara Vol 8 No 5 tahun 2021, tanaman yang memiliki potensi sebagai bahan kesehatan bagi tubuh, yang merupakan obat tradisional Indonesia, telah menjadi budaya masyarakat Indonesia dari Sabang sampai Merauke sejak berabad silam sebagai bagian dari upaya menjaga kesehatan, menambah kebugaran, dan merawat kecantikan. Untuk studi tanaman yang digunakan untuk kecantikan dipayungi disiplin ilmu etnobotani. Sebagian besar studi etnobotani menjangkau penelitian terapan untuk kesehatan (etnomedisin) dan makanan (etnofood). Adapun studi kebermanfaatan untuk kecantikan (etnokosmetik) masih terbatas. Mungkin telah banyak dilakukan studi etnokosmetik yang belum dipublikasikan karena berhubungan dengan kepentingan industri laba.
Berikut ini merupakan gambaran etnokosmetik dari berbagai sudut pandang hasil penelitian sosial budaya yang tersebar di Indonesia. Studi dokumen ini dipilih berdasarkan substansi dari artikel penelitian yang tersedia di Google Scholar yang telah dipublikasikan. Melalui studi dokumen tersebut, dilakukan identifikasi tentang sumber daya lokal yang digunakan untuk produk kecantikan, dan daya jangkau atau kemampuan yang membuat kosmetik. Adapun berkas artikel terpilih dalam mengembangjan etnokosmetik adalah artikel jurnal dengan tema etnokosmetik dari suku Jawa, suku Dayak, Banten, Sulawesi, Banyuwangi, Lombok, dan suku Madura.
Sumber daya alam lokal apa yang dapat digunakan untuk bahan kecantikan?
Bagaimana daya jangkau pengetahuan dan teknologi dalam memproduk
Menurut Johansah dalam jurnal Buddayah: Jurnal Pendidikan Antropologi 2.1: 20-24, melaporkan etnis Jawa di Griya Martubung yang mengetahui manfaat dari ketan hitam, temu ireng (temu giring), kenanga, jeruk purut, kantil, kemuning, kentangteki (rumput teki), asam jawa, bengkuang, dan melati serta manfaat dan cara pengolahan dari tumbuhan menjadi kosmetik alternatif sehingga pengetahuan tersebut bertahan dan masih diwariskan dari generasi ke generasi.
Menurut Noviantina dkk dalam Jurnal Protobiont, 7(1) masyarakat Dayak memiliki pemanfaatan tumbuhan untuk kosmetika alami. Beberapa tanaman lokal yang digunakan masyarakat Dayak diantaranya buah pinang (Areca catechu), henna (Impatiens balsamina), jambu biji (Psidium guajava) dan kelapa (Cocos nucifera). Dalam hal pengetahuan tanaman kosmetik, masyarakat Dayak membaginya menjadi 5 kategori, khususnya 2 jenis tumbuhan bodycure, 7 jenis tumbuhan untuk facial, 1 jenis tumbuhan kuku sehat, 3 jenis tumbuhan untuk kebersihan tubuh dan 5 jenis tumbuhan spesies tanaman untuk perawatan rambut.
Menurut studi Kaffah tahun 2019 merilis penelitian tentang tumbuhan bahan kosmetik suku Baduy Dalam dan suku Baduy Luar di kecamatan Leuwidamar kabupaten Lebak provinsi Banten. Kaffah menyampaikan, Suku Baduy Dalam memiliki 19 famili dari 25 jenis tumbuhan. Dan Suku Baduy Luar terdapat 10 famili dari 13 jenis tumbuhan sebagai bahan kosmetik tradisional. Bagian tumbuhan yang digunakan Baduy Dalam terdiri dari 10 bagian yaitu daun, buah, rimpang, ranting, bunga, batang, akar, umbi, dan biji. Sedangkan hasil di Baduy Luar organ yang digunakan ada 6 bagian tumbuhan yaitu daun, batang, biji, rimpang, buah, dan ranting. Cara penggolahan oleh Suku Baduy Dalam terdapat 10 macam penggolahan yaitu mulai dikunyah, diiris, diparut, dipecahkan, dibakar, ditumbuk, dikerik, direbus, dikunyah, diremas, hingga tanpa penggolahan. Sedangkan oleh Baduy Luar terdapat 6 cara penggolahan yaitu dengan cara ditumbuk, diremas, dipecahkan, diparut, dimasak, dan dikunyah. Sumber Baduy Dalam dan Baduy Luar sama-sama memperoleh dari hutan dan Ladang atau budidaya. Pelestarian pengetahuan lokal yang dilakukan oleh Suku Baduy Dalam dan Baduy Luar dengan cara proses pengetahuan secara lisan dan praktik. Pelestarian Tumbuhan oleh Suku Baduy Dalam dilakukan dengan budidaya, reboisasi, tebang pilih dan menaati Pikukuh sedangkan Suku Baduy Luar budidaya dan reboisasi.
Untuk masyarakat Sulawesi dapat dilihat studi Musrifah dkk dalam Jurnal Ilmu Pertanian dan Perkebunan Vol 5 No 2 Juli 2023 melaporkan Hasil penelitian menunjukkan terdapat 40 jenis tanaman lokal yang digunakan baik sebagai obat herbal, bahan kecantikan dan kebugaran. Adapun tanaman yang digunakan untuk kecantikan diantaranya tanaman padi, tomat, kelor, semangka, dan timun, Bagian tanaman yang digunakan yaitu daun, bunga, biji, buah, kulit, rimpang dan umbi. Bagian tanaman yang paling banyak memiliki fungsi yaitu daun dan buah.
Winda dkk dalam jurnal Pancaran Pendidikan 3(3) tahun 2014 telah melakukan studi tentang bahan-bahan kecantikan masyarakat Banyuwangi, tepatnya pada suku using. Terdapat 7 spesies tumbuhan untuk 9 jenis perawatan kecantikan yang berpotensi untuk dilakukan uji bioaktivitas lebih mendalam sebagai bahan kosmetik yaitu padi (Oryza sativa L.) (0,9), gambir (Uncaria gambir (Hunter) Roxb.) (0,52), pinang (Areca catechu L.) (0,52), sirih (Piper betle) (0,52), katuk (Souropus androgynus
(L.) Merr.) (0,28), kelapa (Cocos nucifera L.) (0,21) dan pacar kuku (Lawsonia inermis L.) (0,17). Cara pengolahan tumbuhan sebagai bahan kosmetik dengan cara dibakar, diiris, dikeringkan, dimemarkan, diparut, diperas, direbus, direndam, disangrai, dan ditumbuk, sedangkan cara penggunaannya dengan cara digosokkan, dikunyah, diminum, dioleskan dan disiramkan.
Studi Marwa dkk dalam Jurnal Sosial dan Sains 2(1) tahun 2022 tentang bahan kosmetik masyarakat Lombok Timur, menyimpulkan Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa terdapat 71 ramuan kosmetik perawatan alami yang dimanfaatkan oleh masyarakat Desa Tanjung Luar, Indonesia yang tergolong dalam kategori wajah dan tubuh, rambut, mata, kuku, bibir, gigi dan mulut, organ kewanitaan, pasca melahirkan dan bayi, dan penghilang bau badan. Tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai kosmetik perawatan alami sebanyak 50 spesies tumbuhan dengan 28 famili.
Studi Istiqomah dkk dalam jurnal Biologi Tropis 21, No. 1 tahun 2021 tentang kajian etno kosmetika narutral care masyarakat Lombok Tengah menyimpulkan terdapat 13 ramuan kosmetik perawatan alami yang dimanfaatkan oleh masyarakat Batujai yang tergolong dalam kategori wajah dan kulit, gigi dan mulut, pasca melahirkan dan bayi, serta rambut. Tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai kosmetik perawatan alami sebanyak 27 spesies tumbuhan dengan 18 famili. Nilai ICS tertinggi yaitu 42 terdapat pada tumbuhan padi (Oryza sativa L.) dan nilai ICS terendah yaitu 6 terdapat pada tumbuhan Amaranthus arenicola, Musa, Cocos nucifera L., Aleurites moluccanus, Aloe vera, Citrus xaurantiifolia, Syzygium aromaticum (L.) Merr., Piper retrofractum Vahl., Lannea coromandelica, Jatropha curcas L., Ipomoea alba L., Ipomoea sepiaria dan Barringtonia racemosa. Nilai FL tumbuhan kosmetik perawatan alami masyarakat desa Batujai berkisar antara 25% sampai 100%.
Studi Artika tahun 2022 telah melakukan penelitian bahan kosmetik masyarakat Madura, terdapat 40 jenis tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai bahan kosmetik dengan famili terbanyak yakni famili zingiberaceae, nilai Index of Cultural Significance (ICS) tertinggi diperoleh tumbuhan padi (Oryza sativa) sebesar 102. Organ tumbuhan dengan nilai Use value (UV) tertinggi yaitu buah dan bunga sebesar 0.25. Cara pengolahan yang paling banyak digunakan yaitu dengan cara direbus (28%) dan disajikan dalam bentuk segar (70%). Cara perolehan tumbuhan dengan cara membeli sebesar 66%, budidaya (menanam sendiri di pekarangan rumah) 26% dan dengan cara mengambil liar di alam sebesar 8%.
Sumber daya alam lokal apa yang dapat digunakan untuk bahan kecantikan?
Bagaimana daya jangkau pengetahuan dan teknologi dalam memproduk?
Refleksi akhir
Terlepas dari itu semua, hal menarik yang perlu kita renungkan ulang perihal etnokosmetik yang berhubungan dengan kecantikan (perempuan), kita patut berterimakasih kepada Nevia dan Nailul dalam Jurnal Al I'jaz Volume 4, nomor 2, Desember 2022 dalam artikelnya yang berjudul ayat-ayat kecantikan di dalam alquran, dimana kecantikan adalah kualitas amal perbuatan yang baik.
Mengambil hati perempuan di ruang terbuka
Pilihan etnokosmetik
Komentar
Posting Komentar