Bakul Sapi Diperdebatkan, Ada Apa?

Daun dan Biji
By -
0

BAKUL SAPI = Keberadaan bakul sapi, atau yang biasa dikenal blantik sapi, kembali menjadi sorotan dalam diskusi isu isu kontemporer yang berlangsung hangat di ruang Smart Class Room kelas XII F9 di SMA N 1 Jakenan. Dalam pertemuan tersebut, dua kubu dengan pandangan bertolak belakang memaparkan argumen mereka mengenai posisi bakul sapi dalam struktur sosial dan ekonomi masyarakat. Presentasi tersebut merupakan hasil observasi pada dua pasar kewan yaitu pasar Hewan Winong dan pasar kewan Jaken serta peternak sapi dan kambing yang ada  di lingkungan sekitar tempat tinggal siswa.

Kelompok pertama sebagai penyaji, yang dipimpin Nova Trijayanti, menegaskan bahwa keberadaan bakul sapi dalam struktur sosial masyarakat sangat menarik dan justru sangat dibutuhkan. Menurut mereka, bakul sapi tidak hanya berperan sebagai penghubung antara peternak dan pembeli, tetapi juga memastikan distribusi sapi berlangsung lancar dan terorganisir. Peran ini krusial agar sapi sampai ke pasar, rumah potong, dan konsumen yang membutuhkan secara tepat waktu dan efisien.

Gambar. Suasana pembejaran di ruang smart classroom, 01 September 2025

Selain itu, kelompok ini menyoroti bagaimana bakul sapi menjaga kestabilan harga di pasar lewat pengalaman dan jaringan luas yang mereka miliki. Bagi kelompok penyaji, bakul sapi ikut menggerakkan roda perekonomian masyarakat, membuka lapangan kerja mulai dari buruh angkut sampai sopir truk pengangkut sapi, serta membantu memenuhi kebutuhan sosial dan budaya seperti penyediaan sapi untuk kurban Idul Adha dan berbagai acara adat yang masih kental di masyarakat.

Namun, suara berbeda datang dari kelompok penyanggah, yang diwakili Alifah Risma, yang menolak keberadaan bakul sapi karena cenderung menurunkan harga yang diterima peternak. Kelompok ini berpendapat bahwa bakul sapi mengambil keuntungan dengan menekan harga beli dari peternak, sehingga peternak dirugikan dan hanya mendapatkan harga yang jauh lebih rendah dibanding nilai pasar sesungguhnya. Sementara itu, konsumen akhirnya harus membayar lebih mahal karena harga yang dimainkan oleh perantara.

Ketidakseimbangan ini, menurut kelompok penyanggah, melemahkan posisi tawar peternak dan berpotensi menghambat inovasi dalam sektor peternakan. Mereka mengusulkan solusi alternatif berupa pembentukan koperasi ternak yang memungkinkan peternak untuk berjualan langsung kepada pembeli tanpa melalui perantara bakul sapi. Dengan model koperasi ini, harapannya adalah pasar menjadi lebih transparan, harga lebih adil, dan peternak memperoleh kesejahteraan yang layak.

Gambar. Suasana pembejaran di ruang smart classroom, 01 September 2025

Debat yang berlangsung hidup di ruang smart classroom kelas XII F9 ini menyoroti tantangan klasik dalam struktur sosial-ekonomi masyarakat, di mana suatu elemen seperti bakul sapi bisa menjadi agen penghubung sekaligus sumber ketidakadilan ekonomi. Perspektif sosiologi menunjukkan bahwa bakul sapi adalah bagian dari jaringan sosial yang kompleks, yang peranannya bisa positif sekaligus menimbulkan konflik kepentingan, tergantung bagaimana mekanisme pasar berjalan.

Sebagai simpulan, perdebatan ini mengingatkan pentingnya kolaborasi antara peternak, pedagang, pemerintah, dan masyarakat untuk menciptakan sistem distribusi sapi yang seimbang. Regulasi yang mendukung keberlangsungan usaha peternak, transparansi harga, serta pelestarian nilai sosial dan budaya menjadi kunci supaya seluruh pihak bisa saling menguntungkan.

Isu bakul sapi bukan semata soal ekonomi jual beli, melainkan cerminan hubungan sosial dan cara masyarakat mengelola sumber daya secara adil di tengah modernisasi. Konflik antara tradisi dan tuntutan perkembangan ekonomi ini menjadi pelajaran penting bagi pembangunan sektor peternakan yang berkelanjutan.

Sumber: Berkas foto milik kelas XII F9, SMA N 1 Jakenan

Posting Komentar

0Komentar

Posting Komentar (0)