Tulisan ini diluncurkan untuk sapa kangen kepada yang ada di sana. Salam rindu selalu semuanya.
Tulisan ini berisikan isu-isu sosial yang dapat digunakan untuk mengembangkan kepekaan kita terhadap problem sosial. Tulisan dikemas dalam bentuk penyajian tulisan problem based learning.
Melihat fenomena arus balik lebaran, banyak pendatang baru yang ingin mengadu nasib di kota besar. Mereka ikut merantau demi memperoleh pekerjaan layak. Dari fenomena tersebut, terjadi banyaknya pendatang baru, menyebabkan kota besar semakin padat penduduk. Akibatnya, muncul permasalahan sosial yang menyebabkan terhambatnya proses pembangunan. Faktor penyebab perubahan sosial berdasarkan uraian tersebut adalah….
Faktor demografi
Penemuan baru
Pertentangan atau konflik
Pengaruh kebudayaan luar
Perubahan lingkungan fisik
Pembahasan: Sampai sekarang, kota masih menarik untuk menjadi ruang harapan bagi semua orang. Harapan itu adalah naiknya kelas sosial. Mengapa demikian? Karena ruang kota memberi kesempatan terhadap munculnya mata pencaharian yang kompleks. Seiring dengan fenomena arus balik, dimana orang desa berduyun-duyun mengadu nasib di kota, kerap kali muncul masalah sosial dan lingkungan karena proses adaptasi awal. Masalah sosial yang muncul dapat dilihat adanya perilaku menyimpang karena proses adaptasi awal yang tidak sejalan dengan seperangkat norma sosial yang lengkap. Misal mereka yang dari desa (outgroup) memiliki ruang baras normatif yang berbeda dengan mereka yang ada di kota (ingroup). Jenis mata pencaharian yang tersedia dalam ruang kota terkadang tidak sejalan dengan keahlian yang dimiliki pendatang. Fenomena tersebut juga dapat memicu munculnya masalah lingkungan, misal tidak tersedianya ruang kota untuk menampung pendatang. Yang terjadi kemudian adalah munculnya pemukiman kumuh yang belum mengenakan kaidah pemukiman yang standar dari kesehatan, edukasi, dan yang lainnya. Dari masalah lingkungan tersebut, biasanya juga akan memicu munculnya interaksi sosial yang beresiko, misal tentang tindakan melanggar hukum.
Berdasarkan uraian soal tersebut, dimungkinkan faktor perubahan penduduk menjadi pemicu masalah sosial. Jadi, mungkin jawabannya adalah faktor demografi.
Kritik soal: Kajian demografi (kependudukan) dalam perspektif ilmu-ilmu sosial merupakan objek kajian ilmu geografi sosial, Untuk ilmu sosiologi, objek yang dikaji adalah interaksi dari demografinya/ penduduknya. Soal ini akan menarik ketika isu demografi digunakan untuk memantik dari penyebab, proses, dampak, dan cara mengatasi masalah-maslaah sosial.
Alternatif jawaban: Dalam gaya keilmuan sosiologi, teori perubahan sosial kerapkali dihubungkan dengan teori konflik sosial atau teori yang menjelaskan cara kerja sebuah pertentangan untuk meraih kelas sosial, Dan ini dapat menjadi jawaban alternatif.
Pendalaman dan keberpihakan: Dalam mengkaji kasus urbanisasi (ketertarikan masyarakat desa ke kota) dan juga ruralisasi (sebaliknya), para sosiologi cukup hati-hati dalam melakukan analisis. Baik urbanisasi dan ruralisasi, bukanlah semata-mata berpindahnya tubuh. Hal paling mendasar yang dikaji adalah bagaimana peranan ilmu sosiologi berkontribusi dalam mendampingi dan memberi solusi dari masalah-masalah akibat dari urbanisasi. Gaya ilmu sosiologi dalam menjelaskan masalah-masalah sosial juga cenderung tidak merendahkan harkat dan martabat masyarakat. Para sosiolog terkadang melakukan pembelaan terhadap kelompok sosial atau masyarakat, dengan cara mengidentifikasi apakah terhadap struktur sosial yang tidak berfungsi, apakah ada kelompok sosial yang saling pertentangan, atau apakah apakah ada hubungannya masalah-masalah sosial tersebut dengan pola interaksi yang bertautan dengan makna dan keyakinan tertentu.
Bagaimana sikap siswa dalam merespon masalah sosial: Siswa merupakan anggota masyarakat yang masih dalam proses mengenal norma sosial kompleks. Belajarlah yang rajin, jangan putus asa, dan selalu semangat dalam menjadi anggota kelompok sosial yang bermanfaat untuk masyarakat.
2. Dalam mengkaji perubahan sosial, terdapat empat teori dalam menganalisis fenomena perubahan. Empat teori tersebut adalah teori evolusi, teosi siklus, teori fungsional, dan teori konflik. Jelaskan apa itu perubahan sosial dengan cara menggunakan pendekatan dari salah satu teori tersebut!
Teori evolusi pada mulanya (dan juga hingga sekarang) digunakan untuk mengkaji perubahan bentuk binatang dan tumbuhan. Binatang dan tumbuhan masa dahulu (fosil) dan pada saat ini dibandingkan. Apa saja berbedaan fisiknya, apa saja perbedaan kandungannya, apa saja perbedaan fungsinya, bagaimana mereka beradaptasi, apa pengaruh dari keberadaan dimuka bumi, dan lain-lain dibandingkan dengan teliti. Biasanya, para peneliti yang menggunakan teori evolusi, sepakat dengan kata kunci adaptasi. Bagi binatang dan tumbuhan yang mampu beradaptasi, keberadaannya akan terjaga. Sedangkan binatang dan tumbuhan yang tidak mampu beradaptasi, akan terancam punah. Para peneliti perubahan bentuk binatang dan hewan ini sebagian juga sepakat, adaptasi akan berlangsung dari posisi sederhana menjadi sempurna.
Seiring berjalannya waktu, teori evolusi ini kemudian dipinjam atau digunakan oleh sosiolog. Mengapa digunakan? Menurut kelompok pengikut teori evolusi, fenomena perubahan yang terjadi pada binatang dan hewan, juga terjadi pada manusia. Sosiologi pengikut teori evolusi berkeyakinan, masyarakat juga berubah dari tatanan sosial yang sederhana menjadi menuju tananan sosial yang mendekati sempurna. Hal ini dapat dilihat, masih terjadi perubahan pada norma sosial, nilai sosial, kelompok sosial, kelas sosial, dan berbagai fenomena sosial lainnya, Mereka berpandangan bahwa sistem sosial yang ada di masyarakat akan berlangsung berubah melalui proses adaptasi. Mereka menunjukkan pada fenomena norma sosial, Dimana terdapat norma sosial yang berubah karena diadaptasikan dengan ruang dan waktu atau perubahan zaman. Norma sosial yang mampu beradaptasi dengan zaman, maka norma sosial itu akan tetap eksis, digunakan, dan dipertahakan, Layaknya seperti antibodi, ketika norma sosial itu diguncang, maka norma sosial itu akan memperkokoh dari guncangan tersebut. Sebaliknya, ketika norma sosial itu tidak mampu beradaptasi, maka norma sosial itu akan berdaptasi dengan menampilkan bentuk dan isi baru. Dan ketika norma sosial itu telah mentok adaptasinya, maka norma sosial itu akan punah alias tidak digunakan lagi dalam mengatur tatanan sosial.
Teori evolusi dalam fenomena globalisasi, kerap kali digunakan untuk mempengaruhi daya beli masyarakat. Misal, fenomena bentuk sepeda motor, mobil, handphone, hingga produk kecantikan dan pemutih kulit. Biasanya, perusahaan yang menawarkan produknya dengan iming-iming bentuk yang lebih sempurna. Mereka yang memiliki daya beli, akan tergoda dengan jargon kesempurnaan tersebut. Terlebih peran iklan di televisi dan youtube yang cenderung memiliki daya cengkeram hingga di ruang kamar keluarga. Bahkan terdapat iklan yang cenderung menekankan bulliying ketika mereka tidak menggunakan produk terbarunya. Misal, "kamu ngak makai pemutih sih, makanya kulit kamu jelek." Padahal urusan warna kulit lekat hungannya dengan gen dan identitas kelompok sosial.
Namun dalam kecanggihan teknologi informasi dan transportasi, sentuhan evolusi merupakan hal penting. Entah apa yang terjadi ketika teknologi informasi dan transportasi tidak mengalami adaptasi yang sederhana ke arah yang sempurna. Karena dengan kehadiran perubahan tersebut, masyarakat dapat menikmati.
Walaupun demikian, teori evolusi juga mendapatkan banyak kritikan yang pedas dan tajam ketika telah menyangkut dengan tubuh manusia dan alat senjata dan pemusnah masal. Masihkah kalian ingat dengan deretan gambar evolusi kera manusia? Gambar tersebut sungguh menyentuh emosi dan adrenalin kita selaku manusia yang diciptakan Tuhan sebagai mahluk yang paling sempurna. Jelas beda, asal usul dan genetik manusia dan kera. Begitu halnya ketika par ailmuan melakukan perubahan dan penyempurnaan alat senjata yang kemudian digunakan untuk alat pemusnah massal. Pertanyaannya kemudian adalah apakah pantas disebut sempurna ketika alat senjata digunakan untuk menghancurkan dari semua yang menuju sempurna?
Untuk itu, kita perlu hati-hati menggunakan teori evolusi dalam manganalisis fenomena alam dan sosial. Yang perlu kita perhatikan adalah memahami cara kerja teori evolusi, mengetahui kelemahan dari teori evolusi, dan mengetahui kelebihan teori evolusi. Dengan kehati-hatian seperti hal tersebut, diharapkan kita dapat menggunakan teori evolusi secara bijak, bukan serampangan.
Untuk penjelasan cara kerja teosi siklus, teori fungsional, dan teori konflik, dapat dilanjut dalam perjamuan ngopi bersama. hehehehe.....
3. Dalam melakukan penelitian perubahan sosial, hal yang perlu dipersiapkan adalah menyusun pedoman wawancara terhadap fenomena yang diteliti. Buatlah lima pertanyaan tentang sebuah perubahan sosial masyarakat yang memiliki potensi wisata pantai!
Wisata pantai merupakan fenomena menarik untuk dikaji dalam disiplin ilmu sosiologi. Walaupn fenomena ini juga cukup menarik mendapat kritik yang pedas. Fenomena wisata pantai pada mulanya muncul ketika terdapat kelompok sosial yang haus dengan hiburan yang berasal dari keindahan alam, yaitu pantai. Kelompok sosial ini biasanya memiliki latar belakang tempat tinggal bukan di dekat laut, alias di perkotaan. Mereka berduyun-duyun menikmati pemandangan pantai ketika musim libur tiba.
Bagi masyarakat Rembang yang memiliki pantai terpanjang di pulau jawa, mereka yang tinggal di pantai, mengembangkan wisata pantai cukup strategis dan menggiurkan. Mengapa demikian? Karena dengan modal membuat akses masuk dan menyiapkan infrastruktur publik, mereka dapat menjual aneka makanan dan minuman, menarik dana kebersihan dan juga dana parkir, serta menyewakan peralatan untuk mainan di pantai. Begitulah mudahnya dalam mengembangkan wisata pantai.
Hanya saja yang perlu diperhatikan, mengembangkan wisata pantai bukanlah tanpa resiko. Banyangkan saja, jika dahulu masayarakat yang tinggal dipantai cukup dekat dengan pengetahuan membuat perahu, membuat alat tangkap ikan, melaut, menangkap ikan di laut, membuat aneka makanan berbahan hasil tangkapan dari laut, membuat garam, hingga membuat aneka produk garam. Namun dengan minat mengembangkan wisata pantai, generasi muda masyarakat yang tinggal di pantai, semakin jauh dari pengetahuan sumber daya pantai dan laut. Pantai tak lagi menjadi ruang terbuka yang digunakan parkir perahu. Pantai tak lagi menjadi daya tarik untuk budidaya ikan dihutan mangrove. Pantai tak lagi menjadi daya tarik mereka untuk mengembangkan pengetahuan yang berkelanjutan selaku masyarakat bahari/ maritim. Yang mereka kembangkan adalah pengetahuan untuk menyedot pengunjung di pantai. Yang mereka kembangkan adalah menggunakan areal lahan pantai (nya) untuk warung, toko, dan lahan parkir. Sebuah pilihan yang perlu direfleksikan (dipikirkan) ulang.
Namun ketika ngomongin tentang iming-iming kesejahteraan dalam mengembangkan wisata pantai, tentu inilah pilihan yang rasional? Mengapa demikian? Bagaimana tidak rasional, lihat saja bagaimana nasib nelayan dan petambak sekarang yang sedang diujung tanduk. Mereka yang masih melaut, kerap kali mendapat kerugian ketika ikan semakin langka seiring rusaknya dan tercemarnya ekosistem laut. Mereka yang masih menggunakan tambaknya untuk budidaya ikan dan garam. kerap kali gigit jari ketika hasil panen tambaknya tidak cukup untuk mengembalikan modal dan angsuran pinjaman. Lagi-lagi wisata pantai menjadi alternatif mata pencaharian ketika apa yang telah mereka jalani selam ini tidak memberi harapan kesejahteraan.
Agar kearifan lokal yang memuat tentang pengetahuan dan keterampilan menjadi masyarakat nelayan, wisata pantai dapat dikembangkan dengan memadukan keindahan alam pantai dan juga menawarkan wisata edukasi dan konservasi yang memuat tentang pengetahuan lokal. Wisata edukasi dapat ditawarkan dalam bentuk teknik membuat kapal, teknik menangkap ikan, dan masakan olahan laut dan tambak. Selanjutnya wisata konservasi yang dapat diluncurkan misalnya menanam mangrove, wisata travelling di hutan mangrove, susur sungai, hingga mengadakan kegiatan sosial yang bersih sungai. Memang cukup sulit memadukan dua hal tersebut. Namun perlu kita coba, siapa tahu Tuhan memberkati impian masyarakat nelayan kita. Hal penting yang perlu kita perhatikan perihal pengetahuan lokal masyarakat nelayan dan juga pantai adalah sebagian besar interaksi sosial kita masih membutuhkan hal-hal yang berhubungan dengan kebutuhan gizi yang bersumber dari laut, kebutuhan tentang oksigen yang berasal dari padang lamun dan hewan laut lainnya, transportasi laut, dan kalender musim. Keberadaan pengetahuan lokal tersebut, pewarisnya adalah masyarakat pantai. Jagi mana yang perlu dikembang-lanjutkan? Apakah tetap dengan wisata keindahan pantai saja yang pada saat yang sama mendorong nestapa dari masa depan semuanya???
4. Perhatikan foto berikut ini!

Berdasarkan berkas foto tersebut, tampak siswa sedang melakukan pengamatan dan wawancara pada kelompok sosial perajin gerabah atau perkakas rumah tangga yang terbuat dari tanah liat yang dibentuk sedemikian rupa dengan teknik akhir dengan melakukan pembakaran.
Gerabah merupakan pengetahuan dan produk kearifan lokal. Rembang merupakan kawasan yang memiliki kelompok sosial masyarakat perajin gerabah tepatnya di desa Balongan (Balongmulyo) kecamatan Kragan. Dengan demikian, masyarakat Rembang merupakan masyarakat yang memiliki pengetahuan dan produk kearifan lokal. Terlebih ketika dihubungkan dengan masalah lingkungan hari, misalnya tentang masalah perubahan iklim yang salah satunya dipicu gaya hidup penggunaan plastik yang kemudian berdampak menggunungnya sampah dimana-mana, mulai di selokan, sungai, hingga lautan. Berbicara tentang solusi alternatif untuk mengurangi sampah plastik yang telah mencemari tanah, air, polusi udata, hingga air laut, masyarakat Rembang telah memiliki solusinya, yaitu gaya hidup menggunakan perkakas rumah tangga dari gerabah.
Mengapa gerabah menjadi produk alternatif dalam memberi solusi (walaupun sedikit) perubahan iklim saat ini? Ya, karena gerabah merupakan berkakas yang mendorong gaya hidup sehat. Dengan bahan material yang terbuat dari tanah, gerabah cukup ramah lingkungan. Gerabah yang tidak terpakai lagi karena pecah dan tipis, limbahnya langsung dapat menyatu dengan tanah. Dan tumpukan pecahan gerabah juga dapat berfungsi untuk menyerap radikal bebas.
Bahkan cerita gaya hidup masa lalu, keluarga yang menggunakan gerabah untuk menyimpan air dan beras, hasil simpanannya terbukti bebas dari kimia berbahaya yang mengganggu tubuh dan lingkungan sekitar. Beras yang disimpan di gerabah, siswa kimia beras akan terserab. Dengan teknik tersebut, kualias beras semakin sehat dan menghasilkan nasi sehat pula. Begitu halnya dalam hal gerabah yang digunakan untuk tempat menyimpan air. Air yang disimpan di dalam gerabah, zat kapurnya akan terserab dan kandungan oksigen semakin meningkat. Dengan kualitas air yang demikian, jelas mendorong terwujudkan badan yang sehat.
Hanya saja, kelompok sosial gerabah tampaknya dipandang sebelah mata. Hal ini dapat dilihat regenerasi pengrajin gerabah semakin terancam. Anak cucu pengrajin gerabah cenderung tidak melanjutkan kerajinan yang dimiliki orang tuanya. Pilihan tersebut wajar dan rasional, karena menjadi pengrajin gerabah cenderung tidak memberi harapan kesejahteraan. Begitupun dengan ketersediaan bahan baku membuat gerabah. Para pengrajian saat ini harus membeli bahan dengan harga yang cukup mahal. Terlebih pada saat proses pembakaran gerabah, kerap kali para pengrajin mendapatkan cemoohan karena telah menyumbang asap lingkungan.
Mari bersama-sama, ketika ada waktu luang, berkunjung di kelompok sosial gerabah. Berkunjung sekaligus membeli produk gerabah mereka. Sembari menanti perhatian pihak-pihak terkait mendapatkan sadar diri bahwa keberadaan kelompok sosial tersebut adalah bak mutiara yang dapat menjaga kualitas lingkungan tetap lestari.
Perihal proses sebuah penelitian sosial masyarakat perajin gerabah, mulai dari (a) penyusunan pertanyaan, (b) wawancara dengan informan, (c) dokumentasi lapangan, (d) penyusunan laporan, hingga (e) publikasi produk melalui blog dan youtube, kalian dapat membuka link berikut ini! https://www.smapamotan.com/2022/09/pedoman-wawancara-penelitian-kelompok.html dan juga link ini https://www.smapamotan.com/search/label/gerabah%20balongan
5. Perhatikan foto berikut ini!

Foto tersebut merupakan aktivitas sarasehan antara warga desa dengan para siswa. Kegiatan sarasehan sangat penting untuk dilakukan karena sama-sama menguntungkan kedua belah pihak. Keuntungan untuk warga yaitu mendapatkan pandang dari orang luar tentang keberadaan mereka selama ini. Keuntungan bagi siswa yaitu mendapatkan informasi yang sudah terkonfirmasi untuk diolah dan dipublikasikan. Berdasarkan pengalaman kalian dalam mengikuti sarasehan, sebutkan tiga etika sarasehan!
Etika merupakan tata cara tentang bagaimana berinteraksi sosial sesuai dengan norma atau kaidah sosial yang berlaku. Sarasehan merupakan proses berlangsungnya interaksi sosial untuk mengkaji atau fokus pada satu permasalahan dengan cara duduk bersama. Proses interaksi sosial bukanlah hanya berisikan tentang pertemuan dan terjadinya komunikasi dan timbal balik saja. Namun ada yang lebih penting lagi, yaitu setiap anggota kelompok yang mengikuti sarasehan, saling duduk bersama dengan saling mencurahkan sikap yang mereka yakini, pengetahuan yang ia miliki, dan keterampilan yang dia kuasai.
Dalam proses sarasehan, untuk mendapatkan data yang kompleks, setiap anggota sarasehan perlu memiliki etika sarasehan. Fungsi dari etika sarasehan adalah agar setiap anggota sarasehan mendapatkan kemuliaan.
Berikut ini merupakan etika sarasehan (ketika menjadi peserta);
- hadir tepat waktu sesuai rencana kegiatan sarasehan
- (menghomati) mendengarkan dengan antusias ketika anggota kelompok sedang berlangsungnya proses sarasehan
- (jika perlu) merespon informasi yang sedang disampaikan dengan cara mencatat dengan baik.
Perhatikan hasil penelitian Lirbang Kompas tahun (2023) tentang pengeluaran kebutuhan beras, gula, air, dan listrik pada masyarakat desa dan kota di Indonesia berikut ini! Dan buatlah pernyataan yang sesuai data, seperti contoh!
Contoh pernyataan sesuai data: Berdasarkan data pengeluaran beras, warga miskin desa lebih tinggi daripada kota yang membuat beban warga di sana makin bertambah. Berdasarkan data BPS 2022 yang diolah Kompas, belanja beras bulanan warga miskin desa sebesar Rp 117.824 per kapita. Adapun warga kota mengeluarkan uang lebih sedikit, yakni Rp 104.836 per kapita.
Buatlah pernyataan sesuai data pengeluaran gula!
Buatlah pernyataan sesuai data pengeluaran air!

Buatlah pernyataan sesuai data pengeluaran listrik!
Komentar
Posting Komentar