Di sudut sebuah kantin bersahaja di lingkungan SMA Negeri 1 Jakenan, suasana penuh kehangatan tercipta. Sambil menikmati secangkir kopi, Bapak Sarmo menyempatkan waktu mengenalkan dunia bacaan kepada anaknya, Ali. “Ini apa, itu apa?” adalah pertanyaan-pertanyaan sederhana namun menandai rasa ingin tahu yang tumbuh pesat di benak Ali. Dengan sabar, Sarmo menuntun putranya menikmati dunia literasi, berharap kelak sang buah hati tumbuh menjadi pribadi cerdas dan berilmu.
Bukan tanpa alasan semangat itu begitu kuat. Sarmo adalah figur yang meniti karier dari titik nol di lingkungan SMA N 1 Jakenan. Ketekunannya membuatnya banyak dikenal—bukan sekadar sebagai pengajar TIK, tetapi juga saksi hidup perkembangan sekolah ini. Sejak awal berdiri, ia mengabdi dalam ragam peran: cleaning service, penjaga keamanan, staf tata usaha, hingga akhirnya diangkat menjadi ASN PPPK.
Perjalanan hidupnya bukan jalur lurus. Sambil bekerja, ia menempuh pendidikan tinggi di sebuah perguruan tinggi swasta, mengambil jurusan Teknik Komputer. Tidak mudah, namun ketekunan dan disiplin memperlihatkan hasil. Ia diwisuda dengan nilai membanggakan, sebuah pencapaian yang dicatatkan untuk inspirasi rekan dan generasi berikutnya.
Tekadnya belum padam, setelah mendapat ijazah Teknik Komputer, Sarmo memberanikan diri mengikuti tes PPPK dan syukur diterima. Kini, di luar jam mengajarnya, ia selalu menyisihkan waktu—di sela sela kantin, di tengah-tengah aktivitas istrinya yang berjualan—untuk menanamkan kecintaan membaca pada anak-anak. Dengan sederhana dan penuh kasih, dia percaya, pendidikan berawal dari keluarga.
“Hanya dengan tekun belajar dan cinta membaca, masa depan cerah bisa diraih. Saya ingin menularkan semangat ini pada Ali,” ujar Sarmo dengan sorotan mata penuh harapan.
Bapak Sarmo membuktikan, ketekunan, kerja keras, dan cinta belajar selalu menemukan jalannya. Kisahnya menggugah, menjadi inspirasi tentang bagaimana peran keluarga, pengabdian, dan literasi bisa berjalan beriringan di tengah rutinitas harian, bahkan dari meja kantin sekolah yang sederhana—tempat mimpi-mimpi besar dirangkai sejak dini.
Posting Komentar
0Komentar