Suhadi, seorang peneliti pola asuh keluarga Jawa, mewawancarai Najwa Aulia tentang pengasuhannya dan pengalamannya dengan nilai-nilai budaya Jawa. Berikut poin-poin penting dari wawancara tersebut:
-
: Najwa lebih dekat dengan nenek dari pihak ibunya daripada bibinya dan merasa lebih dekat dengan ibunya daripada ayahnya. Dia menghubungkan ini dengan koneksi yang lebih kuat antara wanita.
-
: Najwa diajarkan nilai-nilai Jawa, terutama yang berkaitan dengan malu (isin), kecewa, dan kesopanan (sungkan). Dia diajarkan bahwa berbicara sambil makan dengan orang tua tidak sopan.
-
: Najwa diperkenalkan dengan makanan tradisional seperti nasi gandul dan masakan lokal lainnya, belajar resep dan sejarah bahan-bahannya dari ibunya. Makan bersama keluarga lebih sering dilakukan saat makan malam karena kesibukan masing-masing di siang hari.
-
: Nenek dari pihak ibunya mengajarinya cara mandi dengan benar, menyikat gigi, dan melakukan wudhu. Meskipun orang tuanya akan mengoreksinya jika dia kurang bersih, neneknya adalah guru utamanya.
-
: Najwa akrab dengan tradisi siraman (ritual pembersihan sebelum pernikahan) dari menyaksikannya di pernikahan tetangga dan teman, meskipun tidak terdokumentasi dalam foto keluarga sendiri.
-
: Najwa diajarkan tentang potensi bahaya, seperti listrik. Dia diperingatkan untuk tidak menggunakan teleponnya saat sedang diisi daya.
-
: Najwa akrab dengan cerita tentang makhluk halus, dan dia menceritakan sebuah cerita tentang kakeknya yang dia katakan memiliki banyak jin (baik). Seorang teman pernah mengalami penampakan karena tidak salat.
-
: Najwa diajarkan cara berbicara dengan hormat kepada orang tuanya, mengikuti standar kesopanan Jawa (unggah-ungguh).
-
: Keluarga Najwa religius dan sering salat bersama. Kedekatan rumah mereka dengan masjid juga memungkinkan mereka untuk berpartisipasi dalam salat berjamaah.
Posting Komentar
0Komentar