Setiap pagi di halaman sekolah kita, ada satu pemandangan yang seolah tak pernah absen: sang Merah Putih perlahan naik ke puncak tiang, diiringi tangan-tangan muda penuh semangat. Inilah tim pengibar bendera yang siap bertugas, bukan hanya di hari Senin saat upacara atau apel, tetapi setiap hari sekolah.
Rutinitas ini bukan sekadar menaikkan kain merah dan putih. Lebih dari itu, ada nilai-nilai nasionalisme yang diam-diam tumbuh dan mengakar kuat dalam diri setiap siswa. Tim inilah garda terdepan dalam menjaga kehormatan lambang negara, bahkan di hari-hari biasa.
“Rasanya bangga, meskipun kadang hanya disaksikan teman-teman yang kebetulan melintas. Kami sadar, tugas ini gak bisa dianggap remeh,” ujar salah satu anggota tim, penuh antusias. Ia bersama teman-temannya secara bergantian mendapat amanah pagi hari: berdiri tegak, merentangkan bendera, dan menarik tali dengan penuh kehati-hatian. Proses ini berlangsung khidmat, mengikuti tata cara yang benar sesuai tradisi.
Bukan hanya tugas rutinitas pagi, di sore hari pun mereka kembali beraksi. Saat bel pulang berbunyi, tim ini dengan sigap menurunkan sang Merah Putih, memastikan tidak ada kain yang menyentuh tanah. Semua proses dilakukan dengan disiplin.
Kebiasaan ini bukan sekadar formalitas. Pembiasaan pengibaran dan penurunan bendera menjadi ruang belajar nyata, melatih tanggung jawab, disiplin, sekaligus menumbuhkan kesadaran nasionalisme dalam keseharian siswa. Di balik kesederhanaannya, ada makna mendalam: menghormati simbol negara sebagai bagian dari identitas bangsa.
Sekolah kita percaya, nasionalisme tidak harus selalu dirayakan di tengah upacara megah dan sorak-sorai. Kadang, nasionalisme tumbuh dalam rutinitas yang sederhana—seperti kibaran bendera di pagi yang sejuk, disambut harum tanah lapangan, dan diiringi harapan untuk masa depan negeri.
Mari terus menjaga semangat ini. Karena Merah Putih, adalah kita.
Sumber: Berkas Foto SMANJA, 2025
Posting Komentar
0Komentar