Semarang– Di sudut lengang area parkir RSUP dr. Kariadi, sebuah cerobong logam mengular ke langit, nyaris tak terperhatikan di tengah bayang-bayang tembok putih yang menyembunyikannya dari lalu-lalang pasien dan keluarga. Cerobong dengan label "Cerobong 11" itu bukan sekadar bagian dari instalasi besar rumah sakit; ia adalah penjaga sunyi sistem mesin hidup-mati Kota Atlas.
Di balik fisiknya yang kokoh, cerobong itu sehari-hari menyalurkan hasil pembakaran mesin genset—jantung listrik cadangan rumah sakit—ke udara terbuka. Peran vitalnya tak banyak dikenal publik, meski fungsinya sangat menentukan: menyaring, menyalurkan, dan membuang gas-gas sisa pembakaran agar tidak menyusup ke ruang-ruang tempat pasien dan tenaga medis berjibaku.
Rangkaian dalam Cerobong
Cerobong "Cerobong 11", seperti disebutkan pada papan koordinatnya, adalah bagian dari sistem genset Parkir A2. Di
Logika kerja cerobong sederhana, namun krusial. Ketika mesin genset menyala—entah karena aliran listrik utama padam atau saat uji coba bulanan—asap panas didorong ke atas. Setelah melewati filter dan sensor, gas itu “dibuang” ke atmosfer, jauh dari ruang rawat, agar tidak terhirup siapa pun yang sedang berjuang melawan penyakit.
Dampak dan Risiko
Cerobong seperti di RSUP dr. Kariadi ibarat pedang bermata dua. Di satu sisi, ia menyelamatkan keselamatan pasien dan petugas dengan mengalirkan limbah asap ke luar gedung. Di sisi lain, ia bisa menjadi sumber pencemaran lingkungan jika sistem filtrasi tak berjalan sempurna. Data berbagai rumah sakit besar di Indonesia—termasuk Karyadi—menyebutkan risiko bahaya: polusi partikulat, gas beracun, hingga kemungkinan ISPA meningkat di area sekitar jika limbah gas tidak dikendalikan.
Warga yang tinggal di sekitar area rumah sakit terkadang mengeluhkan bau menyengat atau rasa perih di tenggorokan saat genset menyala, terutama di musim kemarau. "Kalau malam listrik padam dan genset dinyalakan, kadang suka ada bau aneh sampai ke depan rumah," ujar Siti Wahyuningsih, warga yang bermukim 200 meter dari pintu belakang rumah sakit.
Transparansi dan Tanggung Jawab
Manajemen RSUP dr. Kariadi memastikan pengelolaan emisi dan pemeliharaan filter berjalan sesuai standar. Namun, penting bagi publik untuk mengetahui keberadaan, fungsi, dan risiko cerobong semacam ini. Keterbukaan informasi akan membantu masyarakat waspada dan mendorong institusi terus berbenah.
Cerobong, mungkin terlihat biasa. Namun, di balik asap yang melayang tanpa suara, tersimpan pertaruhan: antara menjaga layanan kesehatan tetap hidup, dan memastikan langit Semarang tetap bersih dihirup anak-anak di sekitarnya. Kota ini perlu lebih dari sekadar fasilitas kesehatan; ia perlu jaminan udara yang tetap segar, dari cerobong hingga ke paru setiap warganya.
***
Posting Komentar
0Komentar