Desa Glonggong: Menghadapi Potensi Kebencanaan di Tengah Harapan

Glonggong, 21 Januari 2025 — Di balik keindahan alamnya yang asri, Desa Glonggong menyimpan tantangan besar yang mengancam keselamatan warganya. Terletak di dataran rendah dan dilintasi oleh Sungai Pemali Juwana, desa ini berisiko tinggi terhadap berbagai bencana alam. Dari banjir hingga kekeringan, potensi kebencanaan di desa ini memerlukan perhatian serius.

Banjir: Bayang-Bayang Musim Hujan

Setiap tahun, saat awan gelap menggantung di langit, warga Desa Glonggong bersiap menghadapi ancaman banjir. Dengan sistem drainase yang belum optimal, genangan air sering kali merendam jalan setapak dan halaman rumah. "Musim hujan adalah saat paling menakutkan bagi kami," ujar Pak Budi, seorang petani yang sudah puluhan tahun tinggal di desa ini. "Air bisa datang begitu cepat dan merusak panen kami."

Letak geografis desa yang berada di dataran rendah membuatnya semakin rentan. Sungai Pemali Juwana, yang seharusnya menjadi sumber kehidupan, terkadang berubah menjadi ancaman ketika debit air meningkat. "Kami butuh solusi untuk memperbaiki sistem drainase agar tidak ada lagi banjir yang merusak," tambahnya.

Kekeringan: Ketergantungan pada Irigasi

Namun, tidak hanya banjir yang menjadi momok bagi warga. Kekeringan juga mengintai ketika musim kemarau tiba. Sebagian besar lahan pertanian bergantung pada irigasi yang memerlukan perawatan rutin. "Jika irigasi tidak berfungsi dengan baik, tanaman kami akan mati," kata Siti, seorang petani muda yang khawatir akan masa depan pertaniannya.

Kekurangan air untuk irigasi dapat menyebabkan gagal panen dan meningkatkan risiko kemiskinan di desa ini. "Kami berharap ada perbaikan dan perluasan sistem irigasi agar kami bisa bertahan," harap Siti.

Erosi dan Longsor: Ancaman di Tepi Sungai

Di sepanjang tepian Sungai Pemali Juwana, erosi menjadi masalah serius. Tanpa pengelolaan yang baik, tanah tebing sungai mulai longsor setiap kali hujan deras mengguyur. "Kami melihat tanah kami perlahan-lahan hilang," keluh Pak Joko, seorang warga yang tinggal dekat sungai. "Ini bisa sangat berbahaya jika tidak segera ditangani."

Kebakaran: Risiko di Permukiman Padat

Di sisi lain desa, risiko kebakaran juga mengintai. Dengan 15 RT yang tersebar di area padat penduduk, potensi kebakaran meningkat setiap hari. Sayangnya, tidak ada pos pemadam kebakaran atau fasilitas pengendalian kebakaran di desa ini. "Kami sangat khawatir jika terjadi kebakaran besar," ungkap Rina, seorang ibu rumah tangga. "Kami tidak tahu harus ke mana meminta bantuan."

Pandemi dan Wabah Penyakit: Pelajaran dari COVID-19

Pandemi COVID-19 telah menunjukkan betapa rentannya Desa Glonggong terhadap gangguan kesehatan masyarakat. Dengan sanitasi yang kurang memadai, risiko penyebaran penyakit berbasis lingkungan seperti diare dan demam berdarah semakin tinggi. "Kami harus lebih waspada dan menjaga kebersihan lingkungan," kata Kepala Desa saat memberikan pengarahan kepada warganya.

Potensi Penanggulangan Kebencanaan

Meski banyak tantangan yang harus dihadapi, Desa Glonggong memiliki beberapa potensi untuk penanggulangan kebencanaan. Keberadaan 17 anggota Linmas dapat dimanfaatkan untuk membantu penanggulangan bencana secara efektif. Selain itu, satu pos bencana alam telah didirikan sebagai pusat koordinasi tanggap darurat.

Budaya gotong royong masyarakat juga menjadi modal penting dalam menghadapi bencana. "Kami selalu siap membantu satu sama lain dalam keadaan darurat," ungkap Pak Lurah dengan penuh semangat.

Rekomendasi untuk Masa Depan

Untuk mengurangi risiko bencana di masa depan, sejumlah langkah mitigasi telah direkomendasikan. Pembersihan rutin sungai dan pembangunan tanggul di sepanjang Sungai Pemali Juwana menjadi prioritas utama. Perbaikan sistem drainase dan perluasan irigasi juga sangat diperlukan untuk menjaga ketahanan pangan.

Pelatihan bagi warga dalam penanganan kebakaran serta peningkatan kesadaran akan pentingnya sanitasi lingkungan adalah langkah-langkah lain yang perlu dilakukan.

"Jika kita semua bersatu dan bekerja sama, saya yakin kita bisa mengatasi tantangan ini," tutup Pak Lurah dengan harapan.

Di tengah berbagai ancaman kebencanaan, Desa Glonggong tetap berjuang untuk menciptakan masa depan yang lebih baik bagi warganya—sebuah harapan yang tak boleh padam meski badai datang silih berganti. Liputan ini berusaha menggambarkan kondisi Desa Glonggong secara mendalam dengan fokus pada potensi kebencanaan serta harapan masyarakat untuk masa depan yang lebih baik.

Komentar

Postingan Populer