*Cerita Pagi dari SMA N 1 Jakenan*
Setiap pagi di SMA Negeri 1 Jakenan, ada pemandangan yang selalu dinanti. Sebuah mobil modifikasi, tampil seperti rumah makan berjalan, berhenti di halaman sekolah. Dari dalamnya, kotak-kotak sarapan bergizi diangkat dengan hati-hati, lalu dibawa ke pendopo Student Center oleh tiga perwakilan siswa dari setiap kelas. Di sana, para guru wali kelas mendampingi, memastikan semua berjalan tertib dan penuh kehangatan.
Suasana pagi itu bukan sekadar rutinitas. Ada canda tawa yang mengalir di antara siswa, seperti terdengar dalam rekaman video: “Porsi jumbo, Pak!” seru seorang siswa, disambut gelak tawa teman-temannya. Ada juga yang dengan gaya khas remaja, mengucapkan terima kasih, “Makasih, Pak Prabowo, buat makan siang gratisnya. Mantap.”[1]
Kebersamaan terasa di setiap sudut kelas. Setelah kotak sarapan sampai di tangan, seluruh siswa duduk melingkar, berdoa bersama sebelum menyantap makanan. Tak ada yang terburu-buru, semua menikmati momen kebersamaan itu—menyantap nasi, sayur, tempe, pisang, dan susu, menu yang selalu berganti setiap hari untuk menggugah selera dan menjaga semangat.
Usai makan, kotak-kotak dikumpulkan dan dikembalikan dengan rapi, sesuai catatan yang sudah disiapkan. Guru, siswa, dan tim pelaksana bekerja sama, memastikan tak satu pun yang terlewat. Kehadiran perwakilan TNI dari Koramil Jakenan menambah rasa aman dan kekeluargaan di lingkungan sekolah.
Di SMA N 1 Jakenan, sarapan gratis bukan sekadar soal gizi. Ia adalah ruang tumbuhnya keakraban, tempat di mana tawa, syukur, dan kebersamaan menjadi energi baru untuk memulai hari. Setiap pagi, mereka membuktikan: kehangatan dan kebersamaan adalah menu utama yang tak pernah absen dari meja makan sekolah ini[1][2].
[1] https://ppl-ai-file-upload.s3.amazonaws.com/web/direct-files/attachments/46795114/c6815e72-01a6-48cd-ab88-b8c7b080f45c/VID-20250526-WA0011.mp4
[2] interests.journalism
Posting Komentar
0Komentar