Pada Senin pagi yang penuh semangat, dua kelompok siswa berkompetisi dalam debat yang mengangkat topik mendalam: *Apakah masyarakat akan punah jika makanan khasnya tidak lagi disukai?* Pertanyaan ini membuka diskusi hangat mengenai hubungan erat antara makanan tradisional dan keberlangsungan budaya suatu komunitas.
 |
| Foto. Jeremia Graziano sedang menyajikan materi debat di depan kelas |
Kelompok 1 meyakini bahwa makanan asli adalah bagian tak terpisahkan dari identitas budaya. Dalam penyajiannya, yang diwakili oleh Jeremia Graziano K., kelompok ini menguraikan fungsi makanan tradisional sebagai simbol jati diri dan warisan yang diwariskan secara turun-temurun. Mereka menegaskan bahwa hilangnya kecintaan terhadap makanan asli akan membuat masyarakat kehilangan akar budaya, solidaritas sosial, bahkan nilai luhur dalam adat dan keagamaan.
Berbeda dengan itu, kelompok 2 yang disuarakan oleh Rendrass Patra Televi membawa sudut pandang optimistis. Mereka berargumen bahwa meski rasa masyarakat berubah dan makanan khasnya tidak lagi populer, masyarakat tidak akan punah asalkan tradisi dan nilai-nilai budaya terus dirawat dalam bentuk lain. Mereka memberikan contoh keberhasilan modifikasi makanan tradisional agar lebih diminati generasi muda dan peran penting festival budaya sebagai cara pelestarian.
Debat ini tidak hanya menampilkan pertukaran ide bernas, tetapi juga memperlihatkan semangat kolaborasi dalam memahami kekayaan budaya Indonesia. Para peserta mengajak audiens untuk melihat bahwa makanan khas lebih dari sekadar rasa, melainkan lambang identitas, solidaritas, dan warisan budaya.
Meski kedua kubu berbeda pendapat, diskusi membuka wawasan baru tentang pentingnya menjaga keseimbangan antara tradisi dan dinamika budaya modern. Debat ini menegaskan bahwa pelestarian makanan tradisional dan nilai kebudayaan harus menjadi perhatian bersama, agar warisan sejarah dan budaya tetap hidup dan dihargai oleh semua generasi.
Sumber: Berkas foto milik kelas XII F9
Posting Komentar
0Komentar